SIMPLISIA TANAMAN VERSI ABDUL GOFUR

Klasifikasi tanaman
Curcuma xanthorriza Roxb.
Sinonim           : Curcuma zerumbet majus Rumph.
Klasifikasi
Divisi               : Spermatophyta
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Bangsa                        : Zingiberales
Suku                : Zingiberaceae
Marga              : Curcuma
Jenis                : Curcuma xanthorriza Roxb.
Kandungan kimia tanaman
Kandungan kimia yang terdapat dalam temulawak antara lain; amilum, lemak, tannin, kurkuminoid (zat warna kuning) dan minyak atsiri (Gunawan dkk, 1988). Minyak atsiri 5% (dengan komponen utama 1-cycloisoprene myrcene 85%). Kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin dan demetoksikurkumin (sudarsono dkk, 1996)
Kurkumin adalah kristal berwarna kuning gelap, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol. Dalam larutan basa, kurkumin menghasilkan larutan yang berwarna merah kecokaltan yang apabila ditambahkan larutan asm akan berubah warna menjadi kuning ( Sudarsono dkk, 1996)
Bentuk kristal kurkumin, adalah batang atau prisma, dengan titik leleh 183-185oC. Kurkumin sukar larut dalam air, hexana, dan petroleum eter; agak larut daklam benzena, kloroform, dan eter, tetapi larut dalam alkohol, aseton dan asam asetat glasial( Srinivisan, 1953; Stahl, 1985)
Kurkumin mempunyai kelarutan yang rendah, tidak stabil dalm larutan, tidak stabil pada pH dan cahaya sehingga sukar untuk dibuat dalam bentuk sediaan (Tonnesen dan Karisen, 1997). Kurkumin stabil pada dibawah pH 6,5. Kurkumin akan terdegradasi di bawah pH 6,5, hal ini disebabkan adanya gugus metilen aktif. Produk degradasi kurkumin dalam lingkungan alkali (pH 7-10) akan menghasilkan asm ferulat dan feruloil metan. Akibat degradasi ini, terjadi perubahan warna larutanya yaitu pada pH 1-7 larutan berwarna kuning, sedang pada pH 7,5-9,1 larutan berwarna merah jingga.
Deskripsi Simplisia.
Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma xanthorriza Roxb. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 6% v/b .
Pemerian. Bau aromatik, rasa tajam dan pahit.
Makroskopik. Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm; permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks; korteks sempit, tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga sampai coklat jingga terang
Parameter standar simplisia
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat atau sebagai bahan baku harus memenuhi standar mutu. Sebagai parameter standar yang digunakan adalah persyaratan yang tercantum dalma monografi resmi terbitan Departemen Kesehatan RI seperti Materia Medika Indonesia.
Penetapan kadar air
Prinsip metode uji ini adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan, dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi, destilasi, atau gravimetri.
Susut Pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak menguap dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer atau lingkungan udara terbuka.
Tujuan mengetahui susut pengeringan adalah memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan
Penetapan kadar Minyak atsiri
 Penetapan kadar minyak atsiri ini dengan cara destilasi Stahl. Pada metode ini, simplisia yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidh. Bahan tersebut mengapung diatas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan metode panas langsung, mantel uap, pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau berlubang. Ciri khas dari metode ini adlah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Ketaren, 1987). Penyulingan ini dilakukan pada tanaman yang dikeringkan dan tidak dirusak oleh pendidihan ( Claus dan Tyler, 1970).
Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri (7-30%) yang terdiri dari xanthorrhizol, α-antlatone, borneol, iso-borneol, bisacumol, bisacurol, bisacurone, bisacurone epoxide, camphene, camphor, d-camphore, cineol, 1,8-cineol, curzurene, curzerenone,α-curcume, ar-curcumene, curlone, cymene, α-elemene, δ-elemene, turmerone, ar-turmerone, α-turmerone, β-turmerone, isofurano-germacrene, phellandrene, cycloisoprene, isoprenemyrcene, myrcene, p-toluyl-methyl-carbinol, (R)-(–)xanthorrizhol, α-pinen, linalool,α-terpineol, limonene, β-farnesene, germacrone, β-sesquiphellandrne, bisacurone A,B, 1-cyclo-isaoprenemyrcene, sinamaldehid ( anonim, 1979; Wagner dkk, 1984)
Kadar Zat Aktif
KLT Densitometri
Ada 4 teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan atau bisa juga dilakukan dengan gabungan dari empat teknik tersebut. Keempat teknik Kromatografi tersebut yaitu kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas cair, dan kromatografi cair kinerja tinggi ( Harborne, 1987)
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, Kromatografi lapis tipis adalah yang paling cocok untuk analisis obat di Laboratorium farmasi karena hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, waktu analisis relatif singkat, jumlah cuplikan yang diperlukan sedikit, selain itu kebutuhan ruang minimum serta paenanganannya sederhana ( Stahl, 1985)
KLT yang dimaksudkan untuk uji kuantitatif salah satunya dengan menggunakan densitometer sebagaai alat pelacakbila cara penotolanya dilakukan secara kuantitatif. Prinsip kerja dari densitometer adalah adanya pelacakan pada panjang gelombang maksimal yang telah ditetapkan sebelumnya. Scanning atau pelacakan densitometer ada dua metode yaitu dengan cara memanjang dan sistem zig-zag. Pada umumnya lebih banyak digunakan metode zig-zag karena pengukuranya lebih merata serta ketelitian pengukuran lebih terjamin dibanding pengamatan secara lurus atau memanjang (Soemarno, 2001)
Untuk keperluan standarisai sampel yang mengandung kurkumin, dibutuhkan metode analitik yang cocok untuk memisahkan kurkuminoid dari bahn-bahan lain yang terdapat dalam tumbuhan, antara lain dapat dikerjakan dengan KLT dan KCKT, tetapi sulit diterapkan dalam sampel biologi. Analisa kurkumin yang yang telah berhasil dilakukan antara lain dengan cara Kromatografi kolom yang dibantu dengan spektrofotometri ( Srinivasan,k 1953); KLT (Sudibyo, 1996), ataupun KCKT ( Tonnesen dan Karlsen, 1983)
I.       Alat dan Bahan
Pembuatan Simplisia
Bahan : Rimpang temulawak sebanyak 2 kg, didapat
Alat    : Pisau, Telenan, Pengiris mekanik, Bak Cuci, Alas pengering, Kain Hitam,  Alat penumbuk

Susut Pengeringan
Bahan  : Serbuk temulawak 10 gram
Alat      : Cawan petri, kertas saring, timbangan, batu kapur tohor, tempat eksikator, Pemanas (tara)
Penetapan kadar Minyak Atsiri
Bahan   : Serpihan Rimpang temulawak 50 mg, aquadest..
Alat  ; Destilasi stahl, flakon
Penetapan Kadar air
Bahan : Serbuk temulawak 10,06gr, toluene 200 ml
Alat     : Destilasi toluen
Penetapan kadar zat aktif
Bahan : Serbuk temulawak 1 gram, etanol 95% 5ml, kurkumin standart, Silika gel 60 F 254, kloroform : metanol : asam formiat ( 95 : 5 : 0,5),
Alat  : Tabung reaksi, kertas saring, corong, flakon, gelas ukur, chamber, densitometer
II.   Cara Kerja
Sistematika Kerja
Hari ke
Tanggal
Jenis kegiatan
0
28 September 2006
Sortasi basah , pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan
4
2 Oktober 2006
Sortasi keirng, pengepakan, penyimpanan
49
16 November 2006
Penggerusan simplisai temualwak
56
23 November 2006
Penetapan kadar air, susut pengeringan, maserasi serbuk
70
7 desember 2006
Penetapan kadar minyak atsiri, susut pengeringan, penetapan kadar zat aktif (KLT-densitometri)




Pembuatan Simplisia
Penimbangan Curcuma xanthorriza rhizome
Sortasi basah
Pencucian Simplisia
Perajangan Simplisia dengan tebal 3mm-4mm
Simplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup kain hitam
Simplisia dibolak-balik, hingga kering merata
Sortasi Kering
Sinplisia ditempatkan di nampan, dan disimpan di tempa terbuka
Penulisan Etiket
Simplisia diserbuk dan dihancurkan
Uji kualitas simplisia




Susut Pengeringan
Panaskan cawan petri kosong
Masukkan dalam desikator
Ditimbang sebagai bobot awal
Simplisia 10 gram dimasukkan dalam cawan petri, lalu ratakan
Petri + simplisia ditmbang lagi
*Masukkan dalam tara (pemanas) selama 1 jam
Tutup dibuka untuk menghilangkan uap panas
Cawan petri + simplisia dimasukkan kembali dalam desikator
Cawan petri + simplisia ditimbang lagi
Ulangi langkah dari * dua kali tapi dengan waktu 30 menit





Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Ditimbang 50 mg serbuk kasar temulawak
Dimasukkan ke dalam labu
Ditambahkan air secukupnya hingga serbuk terendam
Dipanaskan dengan destilasi selama 2 jam
Dihitung volume dan kadar minyak atsiri
Penetapan Kadar air
Serbuk temulawak 10,06 gr dimasukkan dalam labu
Ditambah 200 toluen murni yang talah dijenuhkan
Tunggu sampai mendidih
Hitung sakal air yang terkumpul
Penetapan Kadar Zat aktif
Ditimbang 1 gram serbuk temulawak
Maserasi dalam 5 ml etanol
Dgojog selama 30 menit
Masukkan dalm flakon
Ditambah etanol ad 5 ml
Larutan/maserat diuapkan sampai 1 ml
Ditotolkan di KLT  3 μl


Orientasi Kuva Baku Kurkumin
Randemen ekstrak menurut MMI = 3,5 %
Kadar Kurkumin ekstrak etanolik tanpa terpurifikasi = 1,55%
Jadi dalam 1 gram temulawak terdapat
3,5% x 1000mg = 35 mg sari ekatrak
Dalam 1 gram temulawak terdapat
1,55% x 35 mg =  0,54 mg kurkumin
ekstrak etanolik diaddkan sampai 1 ml => kadar kurkumin 0,54mg/ml = 0,54 μg/μl
Jadi dengan pengambilan 1μl kadar kurkumin = 0,54 μg/μl
Stok kadar kurkumin standar adalah  1 μg/μl
Jadi rentang kadar kurva baku adalah 0,5 μg/μl – 1 μg/μl – 2μg/μl – 4 μg/μl
Volume penotolan adalah 0,5 μl – 1 μl – 2μl – 4 μl
Volume penotolan sampel adalah 3 μl
III. HASIL PERCOBAAN
Pembuatan Simplisia
1. Sortasi basah
Berat awal : 2 kg
Jenis pencemar : tanah, debu, akar
2.  Pencucian
Berat awal : 2kg
Berat setelah dicuci : 2,1 kg
Masalah yang dihadapi : -
3. Perajangan
Jenis alat : mekanik
Tebal  : 3mm-4mm
4. Pengeringan
Jenis : Sinar matahari di tutup kain hitam
Lama pengeringan : 4 hari
5. Pengepakan
Tidak dikemas, ditempatkan di nampan
6.  Penyimpanan
Jenis : Penyimpanan terbuka


7.  Randemen simplisia
Bobot basah bahan : 2,1 kg
Bobot kering simplisia : 0,45 kg
Perhitungan randemen ; 0,45/2,1 x 100% = 21,428%
8. Susut Pengeringan
Susut Pengeringan I
Berat sampel temulawak = 10 gram
Bobot petri kosong = 85,32 gram
Pemansan oven = 105 C
Menit ke
Berat petri kosong + serbuk temulawak
0
95,34g
60
94,23g
90
94,20g
120
94,17g
Susut pengeringan selama 60 menit
10- (94,23 – 85,32)  gram x 100% = 10,9 %
10
Susut pengeringan selama  90 menit
10- (94,20 – 85,32)  gram x 100% = 11,2 %
10
Susut pengeringan selama  120 menit
10- (94,17 – 85,32)  gram x 100% = 11,5 %
10
Susut Pengeringan II
Berat sampel temulawak = 10 gram
Bobot petri kosong = 84,66 gram
Pemansan oven = 105 C


Menit ke
Berat petri kosong + serbuk temulawak
0
94, 59g
60
93,35g
30
93,35g
30
93,34g
Susut pengeringan selama 60 menit
10- (93,35 – 85,32)  gram x 100% = 13,1 %
10
Susut pengeringan selama 90 menit
10- (93,35 – 85,32)  gram x 100% = 13,1 %
10
Susut pengeringan selama 120 menit
10- (93,35 – 85,32)  gram x 100% = 13,2 %
10
Rata-rata susut pengeringan selama 60 menit = 10,9 + 13,1 = 12 %
2
Rata-rata susut pengeringan selama 90 menit = 11,5 + 13,1 = 12,5%
2
Rata-rata susut pengeringan selama 120 menit = 11,5 + 13,2 = 12,35 %
2
9. Penetapan Kadar Minyak Atsiri
Berat serbuk kasar  = 50 mg
Volume minyak atsiri = 0,5 ml
Kadar minyak atsiri = 0,5ml/ 50 mg = 1 % b/v
Warna minyak atsiri = bening agak kuning muda
Bau minyak atsiri = khas, getir
Penetapan Kadar air
Toluen 200 ml ditambah 10 ml air, aquadest diambil tersisa 9,6 ml, jadi masih ada 0,4 ml air yang tertinggal di toluen
Berat serbuk : 10,06 gram
Volume toluene : 200ml
Volume air dlm serbuk temulawak = Volume air yang menetes – Volume air dlm toluena
=  1,0 ml –0,4 ml
= 0,6 ml
Kadar air  =  0,6 ml/ 10,0 gr x 100 %  = 6 % v/b
Penetapan Kadar Zat aktif
Penetapan kadar zat aktif secara KLT-Densitometri
Fase diam  : Silika gel 60 F 254
Fase gerak  : Kloroform : Metanol : asam formiat
Kadar kurkumin standar : 1 μg/μl
Penotolan untuk kurva baku satandar kurkumin ; 0,5μl – 1μl – 2μl – 4μl
Penotolan sampel ekstrak etanolik temulawak sampel adalah ; 3μl

Hasil KLT
no
Rf
Sinar tampak
UV 254
UV 366
1
2,3 / 8 =  0,28
Kuning
2
3,4 / 8 = 0,42
Kuning
3
5,3 / 8 = 0,66
Kuning

Data Kurva Baku
Konsentrasi kurkumin ( μg/μl)
Luas area
0,5
1, 10014 x 104
1
2,07481 x 10 4
2
5, 46830 x 104
4
6, 71978 x 10 4



Persamaan Kurva baku :a = 0,8055 ; b = 1,6187 ; r = 0,930
Y = bx + a  <=> y = 1,6187x + 0,8055
Luas area sampel kurkumin = 40,69958 x 104
Jadi konsentrasi kurkumin
Y = 1,6187x + 0,8055
40,69958 = 1,6187x + 0,8055
x = 24, 645  μg/μl
Volume pengambilan 3μl = >  24,645 μg/μl
Jadi dalam 1μl  konsentrasi kurkumin = >  24,645 μg/μl = 8,215 μg/μl
3
= 8,125 mg/ ml
= 0,8125 g/100ml

= 0,8125 % b/v

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal pramuka tali temali

Tugas Meresum Perjalanan Obat Dalam Tubuh Manusia versi Abdul Gofur

SOAL AKIDAH AKHLAK VERSI ABDUL GOFUR