CERITA DONGENG ANAK Buaya yang Jujur versi abdul gofur
Buaya yang Jujur
Kumpulan Cerita
Dongeng Anak Nusantara
Dongeng Anak Indonesia
|
Pada
sebuah Sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hiduplah sekelompok buaya. Buaya
itu ada yang berwarna putih. hitam, dan belang-belang. Meskipun wama kulit
mereka berbeda. mereka selalu hidup rukun.
Di
antara buaya-buaya itu ada seekor buaya yang badannya paling besar. Ia menjadi
raja bagi kelompok buaya tersebut. Raja buaya memerintah dengan adil dan
bijaksana sehingga dicintai rakyatnya.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput—rumput di tepi hutan mulai meneunine. Sungai—Sungai mulai surut airnya. Binatang—Binatang pemakan rumput banyak yang mati. Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput—rumput di tepi hutan mulai meneunine. Sungai—Sungai mulai surut airnya. Binatang—Binatang pemakan rumput banyak yang mati. Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.
Setiap hari ada saja buaya yang menehadap raja. Mereka melaporkan bencana yang dialami warga buaya. Ketika menerima laporan tersebut. hati raja buaya merasa sedih. Untungnya Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan sapi. Ia ingin membagi-bagikan daging itu kepada rakyatnya. Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya Hitam. Raja Buaya lalu berkata. ‘Aku tugaskan kepada kalian berdua untuk membagi bagikan daging.
Setiap pagi kalian mengambil daging ditempat ini. Bagikan daging itu kepada teman-temanmu!” ‘Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,” jawab Buaya Hitam dan putih serempak.
Mu1ai hari ini kerjakan tugas itu!”perintah Raja Buaya Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera mengambil daging yang telah disediakan. Tidak lama kemudian mereka perei membagi-bagikan daging itu.
Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu buaya pun yang tidak mendapat bagian. Berbeda dengan Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi bagikan, justru dimakannya sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk. Selesai membagi-bagikan daging, Buaya Putih dan Buaya Hitam kembali menghadap raja.
“Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,” lapor Buaya Putih. “Bagus! Bagus! Kalian telth menjalankan tugas dengan baik,” puji Raja. Suatu hari setelah membagikan makanan, Buaya Putih mampir ke tempat Buaya Hitam. Ia terkejut karena di sana-sini banyak bangkai buaya.
Sementara tidak jauh dan tempat itu Buaya Hitam tampak sedang asyik menikmati makanan. Buaya Putih lalu mendekati Buaya Hitam. “Kamu makan jatah makanan temen-teman, ya?, kamu biarkan mereka kelaparan!” ujar Buaya Putih. “Jangan menuduh seenaknya!” tangkis Buaya Hitam. “Tapi, Iihatlah apa yang ada di depanmu itu!” sahut Buaya Putih sambil menunjuk seekor buaya yang mati tergeletak.
“Itu urusanku. engkau jangan ikut campur! Aku memang telah memakan jatah mereka. engkau mau apa?” tantang Buaya Hitam. “Kurang ajar!” ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya Hitam. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan. Kedua buaya itu bertarung seru. Karena kekenyangan, Buaya hitam geraknya lamban. Akhimya, Buaya Hitam dapat dikalahkan. Buaya Hitam lalu dibawa kehadapan Raja. Beberapa buaya ikut mengiringi perjalanan mereka. Di hadapan Sang Raja.
Buaya
Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Setelah mendengarkan saksi-saksi.
Buaya Hitam lalu mendapat hukuman karena kecuranganya itu. ‘Buaya Putih, engkau
telah berlaku jujur. adil, serta patuh. Maka kelak setelah aku tiada. engkaulah
yang berhak menjadi raja menggantikanku.” demikian titah Sang Raja kepada Buaya
Putih.
Demikianlah
kejujuran selalu berbuah manis pada mereka yang selalu jujur dalam bertindak
dan berkata
Komentar
Posting Komentar