MAKALAH AUDITING 1

KATA PENGANTAR


            Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang Pemeriksaan Aktiva Tetap.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu Auditing yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan auditing secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
            Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Aamiin.


                                                                                                Tegal,  Maret 2015


                                                                                                            Penulis








DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP



PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

A.   DEFINISI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umumnya lebih dari satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
Sifat-sifat aktiva tetap :
1.      Maksud perolehannya bukan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
2.      Umurnya yang lebih dari satu tahun.
3.      Pengeluaran tersebut harus merupakan pengeluaran yang besar bagi perusahaan tersebut.
Aktiva tetap dapat dibagi atas tiga kelompok, yakni :
1.      Aktiva tetap yang dicantumkan berdasarkan harga perolehannya, tanpa disusutkan atau dideplesi, misalnya : tanah dimana gedung kantor atau suatu pabrik terletak.
2.      Aktiva tetap yang disusutkan, misalnya gedung, mesin-mesin, perabot kantor, dll.
3.      Aktiva tetap yang dideplesi misalnya tanah-tanah pertambangan.

B.   TUJUAN PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

Dalam suatu pemeriksaan umum, pemeriksaan atas aktiva tetap mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk menentukan bahwa aktiva tersebut memang ada.
2.      Untuk menetapkan hak milik atas aktiva tetap dan apakah aktiva tersebut dijadikan jaminan.
3.      Untuk menentukan apakah penilaian aktiva tersebut adalah sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia.
4.      Untuk menentukan apakah penyusutan telah sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia dan apakah ia telah diterapkan secara konsisten.

C.   PENGENDALIAN INTERN

Unsur-unsur utama dari sistem pengendalian intern atas aktiva tetap adalah :
1.      Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh pejabat yang berwenang.
2.      Adanya kebijaksanaan kapitalisasi secara tertulis, yakni yang membedakan antara pengeluaran yang dianggap sebagai aktiva tetap dan pengeluaran bukan aktiva tetap.
3.      Kebijaksanaan mengenai penjualan aktiva tetap, prosedur pem-besi-tuan aktiva tetap, dan pemindahan suatu aktiva tetap dari suatu bagian kebagian yang lain, atau dari suatu  lokasi kelokasi yang lain atau dari suatu anak perusahaan keanak perusahaan lain.
4.      Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan inventarisasi atas aktiva tetap secara berkala
5.      Adanya pengendalian dan pengawasan atas aktiva-aktiva kecil dibawah tanggung jawab pejabat tertentu.
6.      Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kabakaran atau bencana lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.

D.   PROGRAM PEMERIKSAAN

1.      Minta dari langganan suatu daftar utama mengenai aktiva tetapnya dengan informasi yang berikut :
Perubahan dalam tahun berjalan
Harga perolehan
31 des sebelumnya
Penambahan
Pengurangan
31 des tahun berjalan
Tanah
Gedung
Mesin
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
xxx
Xxx
Xxx
xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Total
A
B
C
D
Akumulasi Penusutan
Tanah
Gedung
Mesin
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
xxx
Xxx
Xxx
xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Total
E
F
G
H

Bandingkan total A dan E dengan angka dalam kertas kerja tahun yang lalu dan lakukan footing dan crossfooting.
2.      Periksa tambahan-tambahan atas aktiva tetap dalam tahun berjalan (yang jumlahnya adalah B) mengenai hal-hal yang berikut :
a.     Apakah tambahan aktiva tersebut benar ada. Ini dapat dilakukan dengan melihat sendiri adanya tambahan tersebut.
b.     Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang dan melalui prosedur yang telah ditetapkan.
c.      Bahwa tambahan tersebut dicatat dengan harga perolehan dan kalau dibeli dengan mencicil, seluruh harga aktiva tersebut telah dicatat dan bagian yang belum dilunasi dicatat sebagai hutang.
d.     Kelengkapan surat-surat atau dokumen pemilikan, misalnya sertifikat tanah dan akte jual beli tanah, BPKB, dan lain-lain.
3.      Periksa pengurangan-pengurangan aktiva tetap dalam tahun berjalan ( yang berjumlah total C ), khususnya mengenai :
a.     Persetujuan atau otorisasi atas pengurangan aktiva tetap tersebut misalnya persetujuan untuk menjual aktiva tetap itu atau untuk menjadikan aktiva tersebut sebagai besi tua.
b.     Kebenaran perlakuan akuntansi, misalnya dalam penetapan untung atau rugi karena penjualan aktiva tersebut dan penyusutan sampai saat penjualan. Ini juga meliputi pemeriksaaan atas total G.
4.      Periksa tambahan atas cadangan penyusutan ( yang berjumlah total F ). Ini tidak lain merupakan pemeriksaan perhitungan penyusutan. Yang harus diperhatikan disini adalah konsistensi pemakaian metode penyusutan, misalnya kalau tahun lalu menggunakan metode penyusutan dengan presentase tetap atau metode garis lurus, maka metode ini pula yang harus ditetapkan tahun ini. Juga taksiran umur yang sama harus digunakan untuk aktiva yang bersangkutan.
5.      Seperti penjelasan no 1, akuntansi dapat juga meminta perincian dari masing-masing jenis aktiva tetap. Ini dapat berupa daftar lengkap aktiva yang bersangkutan atau suatu daftar/ perincian tambahan dan pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang berjalan, jika digabungkan dengan kertas kerja tahun lalu dapat merupakan daftar lengkap aktiva tetap sampai dengan akhir tahun berjalan. Jika daftar ini sudah diperoleh, bandingkan informasi dalam daftar ini dengan kartu-kartu aktiva tetap yang bersangkutan. Bandingkan angka total dalam perincian aktiva tetap tersebut dengan angka dalam buku besar yang bersangkutan.
6.      Periksa asuransi atas aktiva yang bersangkutan, khususnya mengenai nilai pertanggungan, premi asuransi, orang atau badan yang mendapatkan ganti kerugian, jenis asuransi, dan apakah polis asuransi masih dalam masa berlakunya. Badan yang akan mendapatkan ganti rugi belum tentu langganan yang mempunyai aktiva tersebut, misalnya jika aktiva tersebut juga dijadikan barang jaminan pada bank. Dalam hal ini biasanya bank meminta agar bank yang menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.
7.      Pada pemeriksaan aktiva tetap sebenarnya sekaligus kita dapat memeriksa perkiraan rugi laba yang bersangkutan, misalnya :
a.     Biaya penyusutan dan akumulasi penyusutan
b.     Untun g atau rugi karena penjualan aktiva tetap
c.      Kerugian karena pem-besi-tuan aktiva tetap
d.     Kerugian karena bencana yang memusnakan aktiva tetap dan ganti rugi dari perusahaan asuransi
e.     Biaya reparasi mesin-mesin.
8.      Kalau perusahaan juga mempunyai hutang terutama hutang jangka panjang, ada kemungkinan sebagian atau seluruh aktiva tetap dijadikan jaminan. Hal ini dapat diketahui misalnya dari perjanjian kredit atau pada waktu pemeriksaan dokumen hak milik, ternyata dokumen ini tidak ada dan katanya disimpan oleh pemberi kredit. Jika aktiva tetap dijadikan jaminan maka prosedur yang berikut harus dijalankan :
a.     Pengiriman permintaan pengukuhan saldo (permintaan  konfirmasi ) kepada pemberi kredit, lengkap dengan permintaan daftar barang jaminan yang ditahan oleh pemberi kredit.
b.     Pinjam polis asuransi dan lihat ada atau tidaknya banker’s clause yang menetapkan bahwa bank menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.
c.      Catat syarat barang jaminan untuk dicantumkan dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan sebagai disclosure dan dalam surat pernyataan pelanggan.
d.     Kalau aktiva tetap itu dihipotekkan, lakukan pemeriksaan kadaster, yaitu dengan meminta keterangan tertulis tentang status aktiva tersebut dari kantor pendaftaran tanah.




E.   PENYAJIAN AKTIVA TETAP DALAM IKHTISAR KEUANGAN

1)     Sebaiknya digunakan istilah akumulasi penyusutan dan biaya penyusutan daripada menggunakan istilah penyusutan saja baik untuk pos neraca maupun pos rugi laba.
2)     Akumulasi penyusutan hendaknya disajikan sebagai pengurangan atas harga perolehan, sehingga nilai buku dapat dilihat langsung dari neraca. Ada beberapa perusahaan yang mencantumkan akumulasi penyusutan disebelah kredit neraca dan bukan sebagai pengurangan dari biaya perolehan aktiva tetap tersebut. Kalau hal ini dilakukan, hendaknya:
a.  Neraca sebelah kiri jangan disebut aktiva dan yang disebelah kanan jangan disebut pasiva melainkan disebut debet dan kredit. Hal ini disebabkan karena dalam sisi debet dari nerac, aktiva tetap dinyatakan dalam bentuk harga perolehan tanpa dikurangi akumulasi penyusutan, sehingga untuk disebut aktiva sisi debet neraca sebenarnya terlalu tinggi ( Overstated ). Juga akumulasi penyusutan yang diletakkan disebelah kredit neraca bukanlah merupakan hutang atau modal, meskipun bersaldo kredit.
b.  Cadangan penyusutan hendaknya jangan ditaruh dibawah modal atau laba yang ditahan. Hal ini mungkin akan menimbulkan salah pengertian seolah-olah direksi menyisihkan pendapatan atau laba yang ditahan ( seolah-olah merupakan appropriation dari retained earning ).
3)     Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca atau dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan. Dasar penelitian yang dapat diterima adalah dasar harga perolehan. Penilaian kembali tidak sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia.
4)     Metode penyusutan yang digunakan juga harus dicantumkan dalam neraca atau catatan ikhtisar keuangan.
5)     Kebijaksanaan kapitalisasi harus dicantumkan dalam ikhtisar keuangan atau catatan mengenai ikhtisar keuangan.
6)     Barang-barang yang dijadikan jaminan harus dicantumkan dalam catatan mengenai ikhtisar keuangan.
7)     Aktiva tetap yang sudah tidak dipakai karena sudah tua atau secara ekonomis tidak dapat lagi digunakan, tidak boleh dicatat sebagai aktiva tetap dan harus dicatat sebagai aktiva lain dengan harga besi tua ( salvage value ).

F.   MASALAH-MASALAH KHUSUS

1)     Sering terjadi bahwa aktiva tetap dibeli dari atau dibuat oleh perusahaan yang masih berafiliasi dengan perusahaan/ pelanggan yang diperiksa.
2)     Didalam pembahasan prosedur pemeriksaan, disebutkan bahwa akuntan harus melihat adanya aktiva yang bersangkutan untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa aktiva tersebut memang ada.
3)     Selain transaksi pembelian yang tidak at arm’s length seperti kasus no 1, mungkin juga ada transaksi penjualan aktiva tetap yang dilakukan tidak at arm’s length , misalnya penjualan rumah instansi pada seorang direktur.
4)     Sering dilihat bahwa aktiva tetap dibeli dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan dengan harga yang umum berlaku untuk barang tersebut pada waktu itu dan ditempat yang sama.
5)     Didalam salah satu prosedur pemeriksaan diatas disebutkan bahwa akuntan harus menelaah jumlah pertanggungan asuransi untuk menentukan apakah jumlah pertanggungan itu cukup, kurang atau bahkan lebih.
6)     Dimuka disebutkan bahwa nilai aktiva tetap yang sesuai dengan prinsip akuntansi indonesia adalah harga perolehan atau harga historis.
7)     Penyusutan aktiva tetap berdasarkan prinsip akuntansi belum tentu sama dengan umur aktiva yang disebutkan dalam peraturan perpajakan

G.  PENGUJIAN SUBTANTIF ATAS SALDO AKTIVA TETAP

Dalam audit atas aktiva tetap , auditor harus memisahkan pengujian kedalam katagori berikut :
1)     Melaksanakan prosedur analitis
Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Prosedur analitis untuk aktiva tetap :
Prosedur analitis
Salah saji yang mungkin
Membandingkan beban penyusutan yang dibagi dengan biaya aktiva tetap kotor dengan tahun sebelumnya
Salah saji beban penyusutan dan akumulasi penyusutan
Membandingkan akumulasi penyusutan yang dibagi dengan biaya aktiva tetap kotor dengan tahun sebelumnya
Salah saji akumulasi penyusutan
Membandingkan reparasi dan pemeliharaan bulanan atau tahunan, beban perlengkapan, beban peralatan kecil, dan akun-akun serupa dengan tahun sebelumnya
Membebankan jumlah yang harus dikapitalisasi
Membandingkan biaya manufaktur kotor yang dibagi dengan beberapa ukuran produksi dengan tahun sebelumnya
Peralatan yang menganggur atau peralatan yang disingkirkan tetapi belum dihapus

2)     Memverifikasi akuisisi tahun berjalan
Karena pentingnya akuisis periode berjalan dalam audit aktiva tetap, auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo sebagai kerangka referensi bagi pengujian atas rincian saldo: (1) eksistensi (2) kelengkapan (3) keakuratan (4) klasifikasi (5) pisah batas (6) detail tie-in (7) serta hak dan kewajiban.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan pengujian audit yang umum ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
Pengujian atas rincian saldo yang umum
Komentar
Akuisisi tahun berjalan dalam skedul akuisisi sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya sama dengan buku besar umum (detail tie-in)
Memfooting skedul akuisisi.
Menelusuri setiap akuisisi ke file induk untuk melihat jumlah an deskripsinya.
Menelusuri total kebuku besar umum.
Memfooting skedul akuisisi dan menelusuri setiap akuisisi yang harus dibatasi kecuali pengendaliannya lemah.
Semua kenaikan saldo buku besar umum selama tahun tersebut harus direkonsiliasi dengan skedul
Akuisisi tahun lalu berjalan seperti yang tercantum dalam daftar memang ada (eksistensi)
Memeriksa faktur vendor dan laporan penerimaan.
Memeriksa aktiva secara fisik.
Bukanlah hal yang umum untuk memeriksa secara fisik aktiva yang diperoleh kecuali pengendaliannya lemah atau jumlahnya meterial
Akuisisi yang ada telah dicatat (kelengkapan)
Memeriksa faktur vendor yang berhubungan erat dengan akun seperti reparasi dan pemeliharaan untuk mengungkapkan item-item yang akan menjadi aktiva tetap.
Mereview perjanjian lease dan sewa.
Tujuan ini merupakan salah satu yang paling penting untuk aktiva tetap
Akuisisi tahun berjalan yang ada dalam daftar sudah akurat. (keakuratan)
Memeriksa vendor
Luasnya tergantung pada resiko inheren dan efektifitas pengendalian internal.
Akuisisi tahun berjalan yang ada dalam daftar telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)
Memeriksa faktur vendor dalam akun aktiva tetap untuk mengungkapkan item-item yang harus diklasifikasikan sebagai aktiva tetap kantor, pabrik, dll.
Memeriksa faktur vendor yang berhubungan erat dengan akun seperti reparasi untuk mengungkapkan item-item yang akan menjadi aktiva tetap.
Memeriksa beban sewa dan lease untuk lease yang dapat dikapitalisasi.
Tujuannya berkaitan erat dengan pengujian untuk kelengkapan. Hal ini dilakukan dalam kaitannya dengan tujuan tersebut dan pengujian untuk keakuratan.
Akuisis tahun berjalan dicatat pada periode yang benar (pisah batas).
Mereview transaksi yang mendekati tanggal neraca pada periode yang benar.
Biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian pisah batas utang usaha.
Klien memiliki hak atas akuisisi tahun berjalan (hak)
Memeriksa faktur vendor
Biasanya tidak ada masalah untuk aktiva tetap.
Akte properti, aktiva tidak berwujud, dan tagihan pajak sering kali diperiksa untuk tanah dan bangunan utama.
Titik awal untuk memverifikasi akuisisi tahun berjalan umumnya merupakan sebuah skedul yang diperoleh dari klien menyangkut semua akuisisi yang dicatat pada akun aktiva tetap dibuku besar umum selama tahun tersebut. Klien memperoleh informasi ini dari file induk aktiva tetap. Skedul yang tipikal memuat deskripsi, notasi apakah barang tersebut baru atau bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan, dan biaya atau harga perolehannya.
3)     Memverifikasi pelepasan tahun berjalan
Tujuan utama auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau pengabaian aktiva tetap adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup bahwa semua pelepasan telah dicatat dan pada jumlah yang benar. Titik awal untuk memverifikasi pelepasan adalah skedul klien yang berisi catatan tentang pelepasan itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan tanggal kapan aktiva dilepas atau dibuang, nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi aktiva, harga jual, biaya awal, tanggal akuisis dan akumulasi penyusutan. Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan aktiva pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur penjualan terkait dan file induk aktiva tetap. Auditor harus membandingkan biaya dan akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan ayat jurnal yang tercatat dalam jurnal umum serta menghitung kembali keuntungan atau kerugian atas pelepasan aktiv a sebagai perbandingan dengan catatan akuntansi. Jika terjadi tukar tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor harus memastikan bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang digantikan dihapus secara layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai buku aktiva yang ditukar tambah dan biaya tambahan aktiva yang baru.
4)     Memverifikasi saldo akhir akun aktiva
Dua tujuan auditor ketika mengaudit aktiva tetap termasuk menentukan bahwa :
a.     Semua aktiva tetap yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca
b.     Semua aktiva tetap yang dimiliki telah dicatat.
Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut, pertama auditor mempertimbangkan sifat pengendaliaqn internal terhadap aktiva tetap. Idealnya, auditor mampu menyimpulkan bahwa pengendalian cukup kuat untuk memungkinkannya bergantung pada saldo yang dicatat dari tahun sebelumnya. Pengendalian yang penting meliputi penggunaan file induk untuk setiap aktiva tetap, pengendalian fisik yang memadai terhadap aktiva yang mudah dipindahkan ( seperti, komputer, perkakas, dan kendaraan ), penulisan nomor identifikasi kesetiap aktiva tetap, serta perhitungan fisik periodik atas aktiva tetap dan rekonsiliasinya oleh personil akuntansi. Metode formal untuk memberi tahu departemen akuntansi tentang semua pelepasan aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting terhadap saldo aktiva yang dicatatketahun berjalan.
5)     Memverifikasi beban penyusutan
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk beban penyusutan adalah keakuratan. Auditor harus berfokus pada penentuan apakah klien mengikuti kebijakan penyusutan yang konsisiten dari periode ke periode, dan apakah perhitungan klien sudah benar.
Dalam menentukan hal yang pertama, auditor harus mempertimbangkan empat aspek :
1.  Umur manfaat akuisisi periode berjalan
2.  Metode penyusutan
3.  Estimasi nilai sisa
4.  Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi
Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang berwenang dan membandingkan responnya dengan informasi yang ada dalam file permanen auditor. Dalam memutuskan kelayakan umur manfaat yang dibebankan ke aktiva yang baru saja diakuisisi, auditor harus mempertimbangkan umur fisik aktiva, umur yang diharapkan, ( dengan memperhatikan keusangan atau kebijakan normal perusahaan untuk meningkatkan mutu aktiva tetap ), dan kebijakan perusahaan yang ditetapkan menyangkut pertukaran peralatan.
6)     Memverifikasi saldo akhir akumulasi penyusutan
Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir akumulasi penyusutan adalah :
1.     Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk aktiva tetap sama dengan buku besar umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan menguji footing akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva tetap dan menelusuri totalnya kebuku besar umum.
2.     Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat.
Dalam beberapa kasus, umur aktiva tetap khusunya properti pabrik mungkin saja berkurang secara signifikan kerena umumnya permintaan pelanggan atas produk, kerusakan fisik yang tidak terduga, modifikasi operasi, atau perubahan lainnya. Berdasarkan kemungkinan-kemungkinan tersebut, auditor harus mengevaluasi kememadaian penyisihan untuk akumulasi penyusutan setiap tahun guna memastikan bahwa nilai buku bersih tidak melampaui nila realisasi aktiva.


H.  PENETAPAN RISIKO DETEKSI

Jenis aktiva tetap yang berbeda mempunyai resiko bawaan dan resiko pengendalian yang juga berbeda. Resiko bawaan untuk tanah adalah lebih rendah dibandingkan resiko bawaan untuk kendaraan maupun bangunan. Hal ini diakibatkan oleh kerentanan dalam pengendalian dan kerumitan dalam perhitungan dari estimasi umur ekonomis dan nilai residualnya. Variasi dalam resiko bawaan dan resiko pengendalian antar berbagai aktiva tersebut perlu diperhatikan oleh auditor dengan menentukan tingkat resiko deteksi yang tepat untuk masing-masing pernyataan. Disamping itu, terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya resiko bawaan. Resiko bawaan pada pernyataan penilaian atau pengalokasian adalah relatif tinggi pada pembelian aktiva tetap dengan menggunakan kredit jangka panjang.
Resiko pengendalian aktiva tetap pada umumnya relatif rendah karena transaksi ini jarang terjadi dan terdapat otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva tetap yang penting. Meskipun resiko pengendaliannya rendah sehingga resiko deteksinya ditetapkan pada tingkat yang tinggi, auditor perlu menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian subtantif. Hal ini disebabkan karena transaksi pembelian aktiva tetap secara individual memiliki pengaruh yang material terhadap laporan keuangan. 

I.    SEBUAH KASUS AUDIT ASSET TETAP

Pada Desember 2006 Indonesia Corruptin Watch (ICW) melaporkan kasus dugaan korupsi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam ruislaag (tukar guling) antara asset PT. Industri Sandang Nusantara (ISN), sebuah BUMN yang bergerak di bidang tekstil, dengan asset PT. GDC, sebuah perusahaan swasta.
Dalam ruislaag tersebut PT. ISN menukarkan tanah seluas 178.497 meter persegi di kawasan Senayan dengan Tanah seluas 47 hektar beserta Pabrik dan mesin di karawang.
Berdasarkan hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) semester II Tahun Anggaran 1998/1999, menyatakan ruislaag itu berpotensi merugikan keuangan Negara sebesar Rp. 121,628 miliar.
Kerugian itu terdiri dari kekurangan luas bangunan pabrik dan mesin milik PT. GDC senilai Rp. 63,954 miliar, berdasarkan penilaian aktiva tetap oleh PT. Sucofindo pada 1999; penyusutan nilai asset pabrik milik PT. GDC senilai Rp. 31,546 miliar; dan kelebihan perhitungan harga tanah senilai Rp. 0,127 miliar. Selain itu juga ditemukan bahwa terdapat nilai saham yang belum dibayarkan oleh PT. GDC sebesar Rp. 26 miliar.
Telaah Kasus
Dalam kasus Ruislaag di atas, karena ketidakjelasan prosedur dan syarat-syarat tukar guling asset, sehingga sangat rawan untuk diselewengkan.
Seharusnya keputusan Tukar Guling tidak hanya menjadi wewenang salah satu pejabat saja, melainkan melibatkan beberapa pejabat sebagai pengendali dan control yang baik. Selain itu juga diperlukan sebuah aturan baku oleh perusahaan mengenai tukar guling, sehingga kemungkinan penyelewengan menjadi berkurang.
Diperlukan juga control dari lembaga bersangkutan terhadap penelitian tim penilik yang meneliti kelengkapan mengenai status asset, dokumen kelengkapan asset, sehingga tidak ada manipulasi dari nilai asset tersebut serta proses tukar menukar.
Walaupun menggunakan jasa Appraisal, penilaian asset tetap juga tetap harus diawasi untuk mencegah kecurangan-kecurangan.

Dari kasus diatas dapat dibuktikan bahwa PT. ISN memiliki pengendalian intern yang sangat buruk. Sehingga PT. ISN rawan dicurangi oleh rekanan-rekanan bisnisnya maupun oleh oknum-oknum pejabat perusahaan yang ingin mengambil keuntungan. Oleh karena itu hal pertama yang harus dibenahi oleh PT. ISN adalah soal Pengendalian Internnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal pramuka tali temali

Tugas Meresum Perjalanan Obat Dalam Tubuh Manusia versi Abdul Gofur

SOAL AKIDAH AKHLAK VERSI ABDUL GOFUR