askep pre eklamsi dan eklamsia versi 2 abdul gofur
askep pre eklamsi dan eklamsia
. TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
1. Pre
eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga
disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita
hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti
oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia
juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya
muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
ditemukan pada awal masa kehamilan.
2. Eklampsia
Eklampsia merupakan
kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan baik. Selain
mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering
mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian
baik sebelum, saat atau setelah melahirkan.
B. MACAM
PRE- EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu:
1. Pre Eklamsia ringan, bila
disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau
kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada
2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 +
atau 2 + pada urin kateter atau midstream
2. Pre Eklamsi berat,bila
disertai dengan keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri
di epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis.
Macam Eklampsia
1. Eklampsia
gravidarum
2. Eklampsia
parturientum
3. Eklampsia
puerperale
C. ETIOLOGI PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Penyebab pasti dari
kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada
beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia.
Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran
darah ke rahim. Ada beberapa
teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut di atas,
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the
diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran
Prostasiklin dan Tromboksan
Pada PE - E didapatkan kerusakan pada
endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada
kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang
kemudian akan diganti dengan trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan
endotel.
2. Peran Faktor Imuunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan
pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat
diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie F.M. (1992)
mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita PE -
E:
a. Beberapa
wanita dengan PE - E mempunyai kompleks imun dalam serum.
b. Beberapa
studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada PE - E diikuti
dengan proteinuri.
meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan
bahwa sistem imun humeral dan aktivasi komplemen terjadi pada PE - E, tetapi
tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan PE - E.
3. Peran Faktor Genetik/familial
Beberapa bukti yang
menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE - E antara lain:
a. Preeklampsia
hanya terjadi pada manusia.
b. Terdapatnya
kecendrungan meningkatnya frekuensi PE - E pada anak-anak dari ibu yang
menderita PE - E.
c. Kecenderungan
meningkatnya frekuensi PE - E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE -
E dan bukan pada ipar mereka.
D. GEJALA
PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
1. Tanda
Pre-Eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein
pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai
adalah :
a. Berat
badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam tubuh.
b. Nyeri
perut.
c. Sakit
kepala yang berat.
d. Perubahan
pada refleks.
e. Penurunan
produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali.
f. Ada
darah pada air kencing.
g. Pusing.
h. Mual
dan muntah yang berlebihan.
i. Udem
j. Hipertensi
k. Proteinuria
2. Tanda
Eklampsia
a. Didahului
memburuknya pre eklampsia dan timbul gejala-gejala nyeri kepala frontal, nyeri
epigastrium, gangguan penglihatan, mual, hiperrefleksia.
b. Jika
gejala ini tidak dikenali dan diatasi akan segera timbul kejangan, dengan 4
macam tingkat:
a) Stadium invasi (awal atau auora)
Mata terpaku
dan terbuka tanpa melihat,kelopak mata dan tangan bergetar, keppala dipalingkan
kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira 30 detik.
b) Stadium kejang tonik
Seluruh otot
badan jadi kaku,wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membelok ke dalam,
pernafasan terhenti, muka mulai terlihat sianosis, lidah dapat tergigit.
Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
c) Stadim kejang klonik
Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup,
keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan
kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik
berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
d) Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran
(koma) ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma. Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40°C
E. PATOGENESIS
Vasokonstriksi merupakan
dasar patogenesis PE-E. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer
resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan
menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel,
kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu
adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi
plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase
lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan
konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam
sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal
bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu, dimana peroksidase
dan oksidan lebih domi-nan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidatif. Pada PE-E
serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya
peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung
transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang
cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan
lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang
dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel
endotel tersebut. Rusaknya sel sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara
lain:
a. Adhesi
dan agregasi trombosit
b. Gangguan
permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma
c. Terlepasnya
enzim lisosom dan serotonin sebagai akibat dari rusaknya trombosit
d. Produksi
prostasiklin terhenti
e. Terganggunya
keseimbangan postasiklin dan tromboksan
f. Terjadi
hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak
F. FAKTOR
RESIKO PRE-EKLAMPSIA
Preeklampsia umumnya
terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan
kehamilan pada wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah:
1. Riwayat
tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan.
2. Riwayat
mengalami preeklampsia sebelumnya.
3. Riwayat
preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan.
4. Obesitas
5. Mengandung
lebih dari satu orang bayi.
6. Riwayat
kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis.
7. Primigravida,
terutama primigravida muda
8. DM
9. Molahidatidosa
10. Kehamilan ganda
11. Hidrops fetalis
12. Umur ibu lebih dari 35 th
G. EFEK
PREEKLAMPSIA PADA BAYI
Preeklampsia
dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan
menyebabkan berat badan bayi yang dilahirkan relatif kecil. Selain itu, preeklampsia
juga dapat menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan
dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, sereberal palsy,
dan masalah pada pendengaran dan penglihatan.
H. KOMPLIKASI PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI
Kompliksai yang
terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi ini biasanya terjadi pada
Preeklamsia dan Eklamsia.
1. Solutio plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada Preeklamsia.
2. Hipofibrinogenemia,terjadi pada Preeklamsi berat.
3. Hemolisis. Penderita dengan Preeklamsi berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinis hemolisis yang dikenal ikterus. Belum diketahui
dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel
darah merah.
4. Perdarahan otak.
5. Kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)
6. Edem paru-paru
7. Nekrosis hati
8. Kelainan ginjal
9. Komplikasi lain seperti lidah tergigit, trauma dan
fraktur karena jatuh akibat kejang, pneumonia , aspirasi
10. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterin
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan pre eklamsi
a. Pencegahan
· Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta
teliti, mengenal tanda-tanda sedini mungkin (pre
elkamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak
menjadi lebih berat.
· Harus selalu waspada terhadap kemungkinan
terjadinya pre eklamsi kalau ada faktor-faktor peredisposisi.
· Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan
tidur, ketenangan, dan pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak,
karbohidrat, tinggi protein dan menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
b. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah:
· Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsi
· Hendaknya janin lahir hidup
· Trauma pada janin seminimal mungkin
Pada dasarnya penanganan preeklampsia
terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan
untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam
kandungan, tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Setelah
persalinan berakhir jarang terjadi eklampsia dan janin yang sudah cukup matur
lebih baik hidup diluar kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut
tidak selalu dapat dicapai pada penanganan preeklampsia, terutama bila janin
masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk
dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Prinsip penanganan preeklampsia:
1) Melindungi
ibu dari efek peningkatan tekanan darah
Tujuan pengobatan ini adalah untuk
mengurangi resiko pada ibu seperti infark cerebri atau gagal jantung dan juga
untuk mengurangi gangguan pada sirkulasi uteroplasenter. Penurunan tekanan
darah yang terlalu rendah dapat mengganggu sirkulasi aliran darah pada janin.
Disamping itu perlu diperhatikan jenis obat anti hipertensi yang diberikan agar
tidak mengganggu sirkulasi uteroplasenter serta obat yang mengganggu
pertumbuhan janin sepertiACE inhibitor atau angiotensin reseptor blocker (ARB). Pemberian ACE inhibitor akan
menimbulkan oligohidramnion oleh karena gangguan pada ginjal janin.
2) Mencegah
progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi
atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan
janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah matur
atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.
Penatalaksanaan
Pre-eklamsi ringan
1. Istirahat
di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia
2. Tidak
perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg
3. Pemberian
luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
4. Pemberian
asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
5. Bila
tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti
hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin
3-8 x 5 –10 mg / hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau
pindolol 1-3 x 5 mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
6. Diet
rendah garam dan diuretika tidak perlu
7. Jika
maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu
8. Indikasi
rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan preeklampsia berat.
9. Jika
dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat
10. Jika
ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
11. Pengakhiran
kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia atau
indikasi terminasi kehamilan lainnya.
12. Persalinan
dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan bantuan ekstraksi
untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat
Per-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu:
a. Janin belum menunjukkan
tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S makapenanganannya
adalah sebagai berikut:
· Berkan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM,
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada
kontra dindikasi)
· Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian
sulfas magnesium dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria
pre-eklamsia ringan (kecuali jika ada kontraindikasi)
· Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin
monitor, penimbangan berat badan seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi
timbul lagi gejala.
· Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan,
dilakukan terminasi kehamilan: induksi partus atau cara tindakan lain, melihat
keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah
dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksan kasus sama
seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas:
a. Penderita di rawat inap
· Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar
isolasi
· Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
· Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr
bokong kanan dan 4 gr bokong kiri)
· Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap
4 jam
· Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela
(+), diurese 100cc dalam 4 jam yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus
tersedia antidotumnya: kalsium lukonas 10% ampul 10cc.
· Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
b. Obat antihipertensif:
injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet katapres 3x½
tablet sehari
c. Diuretika tidak diberikan,
kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongesif. Untuk
itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
d. Segera setelah pemberian
sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai oksitosin (pitosin atau
sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
e. Kala II harus dipersingkat
dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang mengedan
f. Jangan berikan methergin
postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebsbkan atonia uteri.
g. Pemberian sulfas magnesium
kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24jam
post partum
h. Bila ada indikasi obstetik
dilakukan sectio cesaria.
2. Penatalaksanaan eklamsi
Prinsip
penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan menghentikan
berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara
yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
a. Penderita eklamsia harus di
rAwat inap di rumah sakit
b. Saat membawa ibu ke rumah
sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-kejang selama dalam
perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg
atau morfin 10mg.
c. Tujuan perawatan di rumah
sakit;
· Menghentikan konvulsi
· Mengurangi vaso spasmus
· Meningkatkan diuresis
· Mencegah infeksi
· Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
· Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam
serangan kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
d. Sesampai di rumah sakit
pertolongan pertama adalah:
· Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
· Menghindari lidah tergigit
· Pemberian oksigen
· Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10
%-20%-40%
· Menjaga jangan terlalu trauma
· Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
e. Observasi ketat penderita:
· Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak
terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.
· Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30
menit: tensi, nadi, respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau
dapat dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan jumlah
kejang.
· Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah
diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
· Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif
f. Penatalaksanaan pengobatan
1. Sulfas Magnesium injeksi
MgSO4% dosis 4 gram IV perlahan-lahan selama 5-10menit, kemudian disusul dengan
suntikan IM dosis 8 gram. Jika tidak ada kontraindikasi suntikan IM diteruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai 24jam setelah
konvulsi berakhir atau setelah persalinan, bila tidak ada
kontraindikasi(pernapasan,reflek, dan diuresis). Harus tersedia kalsium
glukonas sebagai ntidotum. Kegunaan MgSO4 adalah:
· Mengurangi kepekaan syaraf pusat untuk mencegah
konvulsi
· Menambah diuresis, kecuali bila ada anuria
· Menurunkan pernafasan yang cepat
2. Pentotal sodium
· Dosis inisal suntikan IV perlahan-lahan pentotal
sodium 2,5% sebanyak 0,2-0,3gr.
· Dengan infus secara tetes (drips)tiap 6 jam:
· 1 gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %
· ½ gr
pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %
· ½ gr
pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 5 %
· ½ gr
pentotal sodium dalam 500 cc
dektrosa 5 %(selama 24 jam) Kerja
pentotal sodium; menghentikan kejang dengan segara. Obat ini hanya diberikan di
rumah sakit karena cukup berbahay menghentikan pernapasa(apnea)
3. Valium (diazepam)
Dengan dosis 40 gr dalam 500cc glukosa 10% dengan
tetesan 30 tetes permenit. Seterusnya berikan setiap 2 jam 10mg dalam infus
atau suntikan IM, sampai tidak ada kejang. Obat ini cukup aman.
4. Litik koktil
Ada 2 macam kombinasi obat:
· Largatil (100mg)+ phenergen(50mg)+phetidin
(100mg)
· Phetidin
(100mg)+Chorpromazin(50mg)+Promezatin(50mg)
Dilarutkan
dalam glukosa 5% 500cc dan diberikan secara infuse tetes IV 4 jumlah tetesan
disesuaikan dengan serangan kejang dan tensi penderita.
5. Sfonograf
· Pertama kali morfin 20mg SC
· ½ jam stelah 1 MgSO415 % 40cc SC
· 2jam setelah 1 morfin 20 mg SC
· 5½ jam setelah 1 MgSO4 15% 20-40cc SC
· 11½ jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC
· 19 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC Lama pengobatan 19 jam , cara ini
sekarang sudah jarang dipakai.
g. Pemberian antibiotika
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika
dosis tinggi setiap hari Penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan.
h. Penanganan Obstetrik
Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan
penilaian tentang status obsterikus penderita: keadaan janin, keadaan serviks
dan sebagainya.
Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum
penderita , direncanakan untuk mengakhiri keh amilan atau mempercepat jalannya
persalinan dengan cara yang aman.
· Kalau belum inpartu,maka induksi partus dilakukan
setelah 4 jam bebas kejang dengan atau tanpa amniotomi.
· Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum
atau ekstraksi forsep. Bila janin mati embriotomi
· Bila serviks masih tertutup dan lancip(pada
Primi), kepala janin masih tinggi, atu ada kesan disproporsi sefalopelvik atau
ada indikasi obstetrik lainnya sebaiknya dilakukan sectio secaria(bila janin
hidup). Anestesi yang dipakai lokal atau umum dikonsultasikan dengan ahli
anestesi.
i. Bahaya yang masih tetap mengancam
· Pendarahan post partum
· Infeksi nifas
· Trauma pertolongan obstetrik.
Komentar
Posting Komentar