TUKANG MASAK YANG TEKUN VERSI ABDUL GOFUR , SH
TUKANG MASAK
YANG TEKUN
Malam terasa begitu dingin. Hanya hanya satu buah lilin yang
menemani belajarnya. Widi seorang siswi di Sekolah Menengah Atas di salah satu
sekolah di desa Tanjung Tinggi. Ia
tinggal bersama ibunya yang adalah seorang penjual makanan di desa Tanjung
Tinggi yang bernama Rahayu sedangkan ayahnya sudah meninggal dunia akibat
mengalami kecelakaan saat dia bekerja sebagai pencari madu hutan di hutan
sebelah.
Ia hidup sangat sederhana, bahkan rumahnya belum mendapati aliran
listrik. Sejak dia kecil dia sudah
hidup mandiri,sepulang sekolah ia selalu membantu ibunya berjualan makanan, di
depan rumahnya. Dia tidak malu walaupun teman temanya mengejeknya.
Walaupun dia hidup dengan
sederhana dia memiliki cita cita sangat tinggi dan mempunyai semangat yang
sangat luar biasa. Walaupun di rumahnya belum mempunyai aliran listrik, dia
tidak pantang menyerah. Dia tetap belajar dengan lilin / lampu ceplik yang
menemaninya.
Dia sangat suka memasak.
Dia setiap hari membantu ibunya memasak untuk di jualnya. Masakanya sangatlah
lezat, orang orang pun juga menyukai masakan Widi.
Sampai suatu ketika pak
Herman membeli beberapa makanan yang Widi jual. Siapa yang tidak mengenal pak Herman dia salah satu
pengusaha sukses di desa tersebut. Dia mencicipi makanan tersebut “Enak sekali
masakan ini Siapa yang membuatnya? “ ujar pak Herman,
Widi : “saya pak. Begitu terkejutnya yang memasak masakan ini adalah orang muda.
Pak Herman
“Widi , kamu memiliki bakat dalam memasak, kamu juga memiliki semangat yang tinggi untuk membantu orang
tuamu mencari uang ,bagaimana kalau kamu bekerja di salah satu restauran saya? nanti
saya ajarkan kamu memasak lebih banyak lagi , tetapi saya tidak bisa bayar kamu dengan upah yang besar,
kalau kamu mau sepulang sekolah kamu ke salah satu restauran bapak”.
Dengan senangnya Widi
menjawab: “iya saya mau pak, tidak apa apa, sebelumnya saya ucapkan terima
kasih banyak,telah beri saya kesempatan belajar dengan bapak “.
Keesokan harinya sepulang
sekolah Widi pergi menuju Restaurant tersebut. Ternyata Restauranya sangat ramai. Pak Herman :”Widi kamu akan ku ajarkan masak selesai pulang kerja”. “ iya pak “ ujar Widi.
Pak Herman memberitahukan
pada karyawan lainya bahwa Widi bekerja disini. Awalnya ia bekerja disini bukan menjadi seorang Juru
masak, cuma jadi seorang pesuruh namun ia dengan senang hati melakukan apa yang
ia lakukan. Dari mulai membawakan barang, mengepel
lantai, sampai membersihkan toilet iya lakukan.
Sepulang kerja pak Herman
mulai mengajarkan Widi memasak. Setelah
menyiapkan alatnya pak Herman mulai mengajarkan apa yang harus ia lakukan, Widi
sangat bersemangat ia mulai mengerti apa
yang harus dia lakukan.
Hari demi hari ia
memperhatikan para juru masak disitu bekerja. Dia pun belajar banyak dari pak
Herman yang selalu mengajarkan memasak sedikit demi sedikit sepulang bekerja. Salah
satu pekerja yang bernama Dadang bertanya kepada pak Herman “Kenapa kau mengajari anak
itu?” pak Herman :”Dia bukan anak biasa dia punya memiliki semangat dan cita
cita yang tinggi” Dadang “Tapi dia hanya penjual makanan keliling pak. Dia pun tidak memiliki bakat apa apa!” jawab Dadang yang
tampak tidak setuju dengan keputusan pak Herman.
Pak Herman “itu tidak mempengaruhi
dia untuk berkreasi, dia orang yang tekun dan pantang menyerah “tanggap pak Herman
dengan tegas. Dadang hanya diam ketika mendengar bosnya berbicara, dia pun
tidak membicarakan Widi lagi.
Setiap hari ia melakukan
pekerjaanya dengan semangat tanpa lelah dia menjadi pembantu di situ. Hingga suatu hari salah satu juru masak memutuskan keluar
dari restaurant tersebut. Tanpa menunggu perintah Widi menawarkan diri untuk
mengerjakan pekerjaan dari karyawan tersebut.
“Pak bolehkah saya
mengerjakan pekerjaan tersebut? Saya sudah siap untuk memasak” ujar Widi dengan
semangat . Pak Herman:“apa tidak apa apa kamu, masih belum cukup ahli untuk memasak“
Widi : “Saya sudah siap pak
untuk Memasak “ pak Herman:”yasudah jika kamu ingin memasak, pada awalnya saya
akan mengawasi kamu”. Dengan hati-hati
dan cekatan ia satu persatu membuat masakan masakan tersebut.
Setelah
selesai dia memasak masakan tersebut ia menunjukan hasil kepada pak
Haryanto “ini sangat lezat saya puas
mulai sekarang kamu akan mengambil pekerjaan itu” betapa senangnya Widi
mendengar hal tersebut, kenapa tidak? dia selalu
mengimpikan selalu menjadi Juru masak yang handal.
Setiap hari dia memasak disitu mulai dari membuat
sop, ayam bakar, dll pun ia kerjakaan walaupun bayaranya tidak seberapa. Dia
selalu bersyukur atas yang dia dapatkan tak pantang menyerah. Uang yang di
peroleh Widi bekerja di pergunakan untuk membantu kebutuhan hidupnya dan membiayai sekolahnya. Walau dia bekerja dia selalu belajar tidak
mengenal rasa malas.
Ia bekerja disitu hingga
dia lulus dari SMA tersebut. Ia lulus dengan menjadi yang terbaik di sekolah
tersebut.
Ia bekerja di situ ia menjadi mahir bahkan
menjadi yang termahir masak dari pada
juru masak yang lebih berpengalaman denganya, walau dia sudah mahir dia tidak
sombong, bahkan Widi masih selalu belajar. Dia selalu menabung sedikit demi sedikit
dari penghasilanya ia sebagai juru masak disitu .
Suatu hari
dia memilih untuk berhenti di restaurant tersebut karena dia akan membuat
restauran sendiri bersama ibunya dengan uang yang di peroleh selama bekerja.
Awalnya restauran tersebut
sepi. Lama kelamaan sangat ramai dan menjadi terkenal karena banyak yang membicarakan
restauranya. Dia sampai kualahan menerima pesanan pelanggan. Dia akhirnya pun mempekerjakan karyawan lain.
5 tahun
berselang dia sekarang mempunyai 11 cabang restauran di seluruh indonesia. Dia
pun sekarang menjadi yang tersukses di desa tersebut. Walaupun dia sudah sukses
dia tidak sombong. Dia sangat dermawan selalu membantu yang kurang mampu seperti dia dahulu.
Komentar
Posting Komentar