NABI IBRAHIM vs RAJA NAMRUD VERSI ABDUL GOFUR , SH
NABI IBRAHIM vs RAJA NAMRUD
Di sebuah
kota yang bernama Kota Babylonia, semua orang yang tinggal di dalam kota
tersebut mempunyai keyakinan dan menyembah Tuhan yang dibuat dari berhala.
Uniknya, mereka mengukir patung-patung berhala lalu mereka juga yang menyembahnya.
Mereka beribadah serta menyembah kepadanya dan mereka juga sangat takut kepada
tuhan berhala itu.
Sudah
menjadi salah satu tradisi mereka ialah apabila mereka selesai beribadah di
rumah ibadah atau kuil, mereka selalu membeli satu patung berhala kecil untuk
mereka letakkan di dalam rumah yang juga untuk di sembah. Salah satu orang yang
menjadi tukang ukir bagi patung-patung itu semua adalah seorang lelaki yang
bernama Azar.
Suatu
ketika masuklah anak Azar yaitu Nabi Ibrahim AS. Ibrahim pun bertanya kepada
ayahnya : “Wahai ayahku, adakah engkau benar-benar yakin dan percaya bahwa
semua patung-patung yang kau ukir dan jual itu semuanya adalah Tuhan yang
hakiki?” Mendengar pertanyaan dari anaknya itu, Azar menjadi marah. Namun
Ibrahim tidak memperdulikannya dan dia terus bertanya dan bertanya.
Allah
SWT berfirman : “Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar:
“Adakah engkau ambil berhala menjadi Tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan
kaum engkau dalam kesesatan yang nyata.” (Al-An’am: 74)
Azar
betul-betul marah kepada anaknya Ibrahim, lantas dia berkata dengan suara yang
tinggi kepada anaknya sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT: Berkata
ayahnya: “Adakah engkau benci kepada Tuhanku ya Ibrahim? Demi jika engkau tidak
berhenti niscaya kurajam engkau dengan batu dan tinggalkanlah aku dalam waktu
yang lama.” (Maryam: 46)
***
Siang
dan malam Ibrahim tidak habis-habis memikirkan tentang dunia yang ada di
sekelilingnya. Dia mencari-cari manakah Tuhan yang sepatutnya dan semestinya dia
sembah.
Pada
suatu malam yang gelap gulita tiba-tiba muncul bintang yang cahayanya
bergemerlapan di langit. Dia terus berkata di dalam hatinya : “Inilah
Tuhanku... maka pada hari ini aku akan menyembahnya!” Akan tetapi ketika tiba
waktu siang, semua bintang-bintang yang bergemerlapan di waktu malam itu tadi
pun terus hilang.
Allah
SWT berfirman : Tatkala malam telah gelap Ibrahim melihat bintang lalu dia
berkata : “Inikah Tuhanku? Tatkala bintang itu terbenam dia berkata : “Aku
tidak mengasihi barang yang lenyap itu.” (Al-An’am: 76)
Keesokan
harinya Ibrahim melihat kepada bulan yang ketika itu sedang purnama. Maka dia
kembali berkata di dalam hatinya: “Aku rasa inilah dia Tuhan aku. Maka aku akan
menyembahnya. Semoga ada kebaikan buatku.”
Firman
Allah SWT: Tatkala dia melihat bulan telah terbit dia berkata : “Inikah
Tuhanku?” Tatkala bulan itu terbenam dia berkata lagi : “Jika aku tidak di
tunjuki oleh Tuhanku niscaya aku termasuk kaum yang sesat.” (Al-An’am: 77)
Akan
tetapi persangkaannya itu meleset sama sekali karena pada keesokannya bulan
terbenam dan hilanglah cahayanya yang terang benderang pada waktu malam
kemarin.
Namun
dia tak lantas bersedih bahkan bergembira karena dia melihat matahari pula.
Kemudian dia berkata: “Matahari lebih besar pula cahayanya dari bulan dan
bintang, maka aku rasa inilah dia Tuhanku yang sebenar.” Tapi sayang ketika
tiba waktu petang di dapati matahari yang di sangkanya Tuhan itu turut hilang.
Maka Nabi Ibrahim pun tidak jadi untuk menyembahnya.
Firman
Allah SWT: Tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata : “Inikah
Tuhanku? Ini lebih besar.” Tatkala matahari itu terbenam dia berkata : “Wahai
kaumku sesungguhnya aku berlepas diri dari apa-apa yang kamu persekutukan itu.”
(Al-An’am: 78)
Akhirnya
Ibrahim mengambil keputusan bahawa dia tidak akan menyembah tuhan kecuali Tuhan
yang menjadikan alam ini. Tuhan yang menjadikan bintang, bulan dan juga
matahari juga dunia dan seisinya. Dia tidak akan sama sekali menyembah Tuhan
selain Allah SWT.
Firman
Allah SWT: “Ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Wahai Tuhanku perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang yang mati.” Allah berfirman :
“Tidakkah engkau beriman?” Sahutnya: “Ya... aku beriman tetapi untuk
mententeramkan hatiku.” Allah berfirman: “Ambillah empat ekor burung dan
potong-potong semuanya, kemudian letakkan di atas tiap-tiap bukit sebagian dari
burung-burung yang dipotong itu, kemudian panggillah semuanya niscaya datanglah
semuanya kepada engkau dengan segera dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.(Al-Baqarah: 260)
Nabi
Ibrahim AS Dibakar Raja Namrud
Nabi
Ibrahim AS mulai menyeru kepada kaumnya agar segera meninggalkan tuhan berhala
mereka itu “sembahlah Allah Tuhan yang Esa dan juga Tuhan yang menjadikan kita
semua.” Akan tetapi mereka tidak memperdulikan kata-katanya bahkan mereka
mengutuk dan memberikan ancaman kepadanya. Allah SWT berfirman : “Mereka
berkata: “Adakah engkau mendatangkan kebenaran kepada kami atau engkau hanya
bermain-main?” Dia berkata: “Bahkan Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang
telah menciptakan semuanya. Dan aku menjadi saksi atas demikian itu.”(Al-Anbiyaa’:
55 dan 56)
Mereka
tidak menghiraukan kata-kata Nabi Ibrahim bahkan menganggap Nabi Ibrahim adalah
orang bodoh dan jahil serta akal fikirannya terlalu sempit serta ‘nyeleneh’.
***
Pada
suatu hari, seluruh penduduk Kota Babylonia keluar beramai-ramai untuk
merayakan hari raya bagi Tuhan-tuhan berhala mereka dan perayaan tersebut
dilaksanakan di luar kota, sehingga tidak ada seorang pun yang tinggal di dalam
kota lengang kecuali Nabi Ibrahim saja. Begitu juga dengan rumah ibadah mereka
sepi tidak ada siapapun.
Nabi
Ibrahim merasa bahwa inilah peluangnya untuk memberi ‘pelajaran’ pada kaumnya,
lalu dia segera menuju ke rumah ibadah kaumnya. Dia terus masuk ke dalamnya
yang dipenuhi bermacam-macam patung berhala. Tanpa basa-basi Nabi Ibrahim
mengambil kapaknya lalu dipukul dan dihancurkan ke semua patung-patung itu tadi
sampai hancur dan hanya satu saja yang tidak dimusnahkan yaitu patung yang
paling besar. Kemudian Nabi Ibrahim dia menggantungkan kapaknya tadi ke leher
patung berhala yang besar itu dan Nabi Ibrahim pergi meninggalkan rumah ibadah
tersebut pulang ke rumahnya.
Di
saat yang bersamaan, semua orang sedang sibuk merayakan perayaan tuhan mereka.
Mereka merayakannya dengan penuh kemeriahan, terlebih lagi seorang yang bernama
Namrud, raja Babylon.
Ketika
perayaan telah usai, sang raja memerintahkan hamba-hambanya untuk membawa
kembali Tuhan-tuhan berhala kembali ke dalam kota mereka dan disimpan dalam
rumah ibadah (kuil). Ketika raja Namrud menjejakkan kakinya ke dalam kuil dia
terperanjat, begitu juga dengan rakyat-rakyat yang turut hadir. Dia mendapati
semua patung-patung berhala yang ada di dalam telah habis musnah hancur berkeping-keping.
Kemudian
Namrud berkata dengan suaranya yang tinggi : “Siapakah yang melakukan kekejaman
ini?” Spontan rakyatnya yang hadir berkata: “Tak lain dan tidak bukan pasti
seorang pemuda yang tidak mau beriman kepada tuhan-tuhan kita ini. Pemuda itu namanya
Ibrahim!” Raja Namrud panik dan marah : “Bawa segera pemuda itu ke mari!”
Merekapun segera pergi menjemput Nabi Ibrahim. Mereka menangkapnya dan dibawa
ke hadapan Namrud yang masih menunggu di dalam kuil.
Kemudian
Namrud berkata kepada Nabi Ibrahim :“Kamukah yang melakukan perbuatan ini
kepada tuhan-tuhan kami?” Nabi Ibrahim berkata : “Bukan aku yang melakukannya.
Apakah engkau tidak lihat di leher patung berhala yang paling besar itu,
terdapat satu kapak yang besar. Sudah tentulah dia yang memusnahkan ke semua
patung-patung itu. Kalau tidak percaya coba engkau tanyakan kepadanya ataupun
kamu tanyakan kepada patung-patung yang telah binasa tentang siapakah yang
memusnahkan mereka semua?”
Dengan
muka merah padam (karena marah bercampur malu) Raja Namrud berkata : “Wahai
Ibrahim! Kamu sendiri pun tahu bahwa patung-patung itu semua tidak dapat
berbicara, tidak dapat berjalan-jalan dan juga tak dapat berbuat apa-apa!”
Nabi
Ibrahim menjawab: “Jadi kalau begitu mengapa kalian menyembahnya. Bagaimana kalian
dapat menyembah sesuatu yang bahkan tidak memberimu manfaat, tidak memberi
mudarat bagi musuhmu dan bahkan tidak dapat mempertahankan, dirinya sendiri?”
Firman
Allah SWT: “Ibrahim berkata: “Patutkah kamu sembah selain Allah barang yang
tiada manfaat kepadamu sedikitpun dan tidak pula memberi mudarat kepadamu?
Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak
memahaminya?” (Al-Anbiyaa’: 66 dan 67)
Akhirnya
Raja Namrud dan seluruh rakyatnya mengambil keputusan agar Nabi Ibrahim dibakar
dengan api yang besar. Maka Namrud pun terus memerintahkan seluruh rakyatnya
agar menyediakan api besar bahkan sampai burung-burung tidak berani terbang di
atasnya karena akan terbakar kobaran api yang besar itu.
Sambil
duduk di atas singgasana dan terus melihat kepada api yang sangat besar itu,
Raja Namrud sangat gembira karena sesaat lagi Nabi Ibrahim akan mati dibakar
api. Dia gembira karena api akan menghabisi seorang yang tidak mau beriman
dengan tuhan mereka.
Mereka
mengikat Nabi Ibrahim pada satu kayu besar dan Nabi Ibrahim di lemparkan ke
dalam api yang besar itu.
Mereka
terkejut melihat Nabi Ibrahim karena dia begitu tenang, tidak meronta-ronta
ataupun melawan ketika hendak dilemparkan
Lebih
terkejutlah lagi ketika mereka menyaksikan Nabi Ibrahim langsung tidak dihabisi
oleh api bahkan dia dapat berjalan di dalam api tersebut.
Allah SWT
berfirman : “Wahai api! Hendaklah engkau menjadi dingin dan selamatkan
Ibrahim.” Mereka hendak memperdayakan Ibrahim dengan dia lalu Kami berkati di dalamnya
untuk seluruh alam.(Al Anbiyaa’: 69 dan 70)
Tidak
lama kemudian api yang besar tadi pun padam, lalu Nabi Ibrahim keluar dari bara
api dengan selamat seakan-akan tidak ada apa-apa. Dan terus Nabi Ibrahim
membawa dirinya meninggalkan kaumnya membiarkan mereka itu semua dalam
keterkejutan.
***
Nabi
Ibrahim menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT untuk memberikan hukuman
dan juga membinasakan mereka.
Maka
pergilah Nabi Ibrahim dan ditinggalkannya kaum yang bodoh dan sombong dalam
kebinasaannya yang telah Allah jadikan kepada mereka. Dia membawa diri
berkelana hingga ke Palestina dan di sana dia menyeru kepada manusia agar
beriman kepada Allah SWT.
Raja
Namrud Melawan Tentara Nyamuk
Kehancuran
Namrud sang Raja Babylonia ini terjadi pada hari Rabu. Dia dibinasakan oleh
Allah SWT dengan tentara nyamuk.
Allah
SWT berfirman : “Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia
sendiri.” (Al-Muddatsir: 31)
Namrud
mempunyai tentara sebanyak tujuh ratus ribu penunggang kuda dengan senjata yang
lengkap. Namrud berkata kepada Nabi Ibrahim AS : “Hai Ibrahim, jika Tuhanmu
mempunyai malaikat, maka kirimkanlah kepadaku untuk berperang denganku. Jika
sanggup ambillah kerajaanku ini.”
Maka
Nabi Ibrahim bermunajat kepada Allah SWT : “Ya Ilahi sesungguhnya Namrud dengan
tentaranya menunggu kedatangan tentaramu, maka kirimkanlah kepada meraka
tentara dari selemah-lemah makhlukMu yaitu nyamuk.”
Ketika
Namrud dan tentaranya telah berkumpul di padang yang luas, maka Allah
memerintahkan nyamuk untuk keluar. Lalu keluarlah tentara nyamuk hingga
menutupi permukaan bumi dan langit. Kemudian nyamuk bertanya: “Ya Tuhan kami,
apakah yang harus kami laksanakan?” Allah berfirman: “Aku telah menjadikan
rezeki kamu semua pada hari ini berbentuk daging tentara Namrud.”
Kemudian
Allah SWT memberikan kekuatan kepada nyamuk-nyamuk tersebut. Kemudian
nyamuk-nyamuk tersebut menyerang tentara Namrud, menghisap semua darah mereka.
Allah memerintahkan kepada nyamuk agar menunda penyiksaan terhadap Namrud. Agar
ia dapat melihat sendiri kehancuran tentaranya. Maka nyamuk-nyamuk itu pun
membiarkan Namrud hingga ia dapat pulang ke istana.
Nabi
Ibrahim takjub melihat peristiwa tersebut. Kemudian Allah berfirman Kepadanya :
“Wahai Ibrahim, demi kemuliaan dan keagungan-Ku, sekiranya engkau tidak
meminta kepada-Ku supaya mengutus tentara nyamuk, tentu aku akan mengirimkan
yang lebih halus daripada nyamuk, jika seribu di antaranya berkumpul menjadi
satu tidak mencapai besarnya nyamuk, tentu akan aku musnahkan juga mereka
dengannya.”
Kemudian
Allah memerintahkan seekor nyamuk untuk menjalankan tugas untuk menyiksa Raja
Namrud tersebut. Nyamuk itu berkeliling di sebatang pohon selama tiga hari.
Setelah sampai tiga hari, maka ia masuk ke dalam kepala Namrud melalui lubang
hidungnya. Kemudian ia memakan otak Namrud selama 40 hari.
Begitu
besar sifat pengasih dan penyayang Allah SWT. Allah tidak menyiksa Namrud
dengan segera, tetapi masih diberi waktu agar dia bertaubat. Namun waktu tiga
hari yang diberikan ternyata tidak digunakan oleh Namrud untuk menerima
kebenaran Allah SWT. Maka jadilah Namrud tergolong ke dalam orang-orang yang
dimurkai Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar