NASEHAT KEPADA PEMIMPIN KARYA ABDUL GOFUR , SH
NASEHAT KEPADA PEMIMPIN
Nasehat terhadap pemimpin adalah permasalahan
yang jarang mendapat penjelasan secara baik sesuai dengan asas hukum Al-Qur'an
dan Sunnah Rasul. Sebagian orang terkadang kurang proporsional dan tidak
terpuji dalam mengoreksi kekurangan sikap para pemimpin bahkan melanggar
kaidah-kaidah dasar islam dalam menegakkan prinsip amar ma'ruf nahi munkar
terhadap para pemimpin, di antara mereka menempuh cara demo, membuat makar
politik sehingga tidak jarang menimbulkan kekacauan dan keresahan dan sebagian
yang lainnya menempuh cara terorisme.
Menasihati pemimpin termasuk perkara yang
paling diridhai Allah sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
:
"Sesungguhnya Allah rela terhadap tiga
perkara dan benci terhadap tiga perkara; Dia rela apabila kalian menyembah-Nya,
perpegang teguh terhadap tali Allah dan meNasihati para pemimpin. Dan Allah
benci terhadap pembicaraan sia-sia, menghambur-hamburkan harta dan banyak
pertanya".
Subtansi Nasehat kepada Pemimpin
Nasehat terhadap para pemimpin berarti
membantu mereka dalam menegakkan kebenaran, mentaati mereka dalam kebenaran,
mengingatkan mereka dengan cara lembut dan sopan terhadap hak-hak rakyat dan
tidak melakukan pemberontakan.
Imam Nawawi berkata bahwa menasehati para
pemimpin berarti menolong mereka untuk menjalankan kebenaran, mentaati mereka
dalam kebaikan, mengingatkan mereka dengan lemah lembut terhadap kesalahan yang
mereka berbuat, memperingatkan kelalaian mereka terhadap hak-hak kaum muslimin,
tidak melakukan pemberontakan dan membantu untuk menciptakan stabilitas
negara.
Imam Al Khattaby berkata bahwa termasuk
nasehat terhadap pemimpin adalah shalat berjamaah di belakang mereka, jihad bersama
mereka, membayar zakat kepada mereka, tidak keluar dari mentaati mereka tatkala
terjadi penyelewengan dan kedhaliman, tidak memuji secara dusta dan selalu
mendo'akan kebaikan untuk mereka.
Dan nasehat yang paling penting adalah
mendatangi mereka dalam rangka untuk menyampaikan kekurangan dan kebutuhan umat
serta menjelaskan kelemahan para pejabat khususnya hal-hal yang berdampak
negatif bagi umat. Mengingatkan agar takut kepada Allah dan hari akherat,
mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan melarang tentang kemungkaran serta
mendorong mereka agar hidup sederhana dan wara'.
Macam-macam pemimpin
Para pemimpin kuam muslimin terbagi menjadi
dua:
Pemimpin fajir atau jahat
Pemimpin yang fajir atau jahat yaitu pemimpin
yang hanya berambisi terhadap kekuasaan belaka, perbuatan mereka tidak pernah
sepi dari penganiayaan dan kedhaliman dan tidak segan-segan melibas siapa saja
yang mencoba untuk menggoyang kekuasaannya meskipun dia melanggar syari'at.
Tidak adil dalam memberikan hak-hak umat serta boros terhadap harta
negara.
Faktor penyebab rusaknya para pemimpin
·
Lemahnya pengamalan prinsip agama.
·
Senang mengikuti hawa nafsu dan kesenangan
dunia belaka.
·
Sikap kolusi dan nepotisme yang
berlebihan.
·
Teman dan penasihat kepercayaan yang tidak
baik atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pembantu kepercayaan.
·
Menyerahkan kekuasaan dan jabatan kepada
orang-orang yang tidak berjiwa patriot dan ihklas.
·
Diktator dalam mengendalikan kekuasaan.
·
Tekanan internasional terhadap para pemimpin
Islam.
·
Terpengaruh dengan sistim negara-negara kafir
dan meninggalkan sistim Islam.
Pemimpin yang adil lagi bijaksana
Pemimpin yang adil lagi bijaksana artinya
selalu mendahulukan kebenaran dan kepentingan umum, sungguh-sungguh dalam
menerapkan syariat Islam dan sangat adil lagi bijaksana dalam memberikan
hak-hak umat serta hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam membelanjakan
harta negara.
Cara Menasihati Pemimpin
Islam memiliki etika tersendiri dalam
menasihati para pemimpin bahkan mempunyai kaidah-kaidah dasar yang tidak boleh
dilecehkan sebab pemimpin tidak sama dengan rakyat. Apabila menasihati kaum
muslimin secara umum perlu memakai kaedah dan etika, maka menasihati para
pemimpin lebih perlu memperhatikan kaedah dan etikanya.
Dari Hisyam Ibnu Hakam meriwayat-kan bahwa
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang ingin menasihati
pemimpin, maka jangan dilakukan secara terang-terangan. Akan tetapi nasihatilah
dia di tempat yang sepi, jika menerima nasihat itu, maka sangat baik dan bila
tidak menerimanya, maka kamu telah menyampaikan kewajiban Nasihat
kepadanya". (H.R Imam Ahmad).
Sangat tidak bijaksana mengoreksi kekeliruan
para pemimpin lewat mimbar atau tempat-tempat umum sehingga menimbulkan banyak
fitnah. Seharusnya menasihati para pemimpin dengan cara lemah lembut dan di
tempat yang rahasia sebagaimana yang dilakukan oleh Usamah bin Zaid tatkala
menasihati Utsman bin 'Affan bukan dengan cara mencaci-maki mereka di tempat
umum atau mimbar.
Imam Ibnu Hajar berkata bahwa Usamah telah
menasihati 'Ustman bin 'Affan dengan cara yang sangat bijak-sana dan beretika
tanpa menimbulkan fitnah dan keresahan.
Imam Syafi'i berkata bahwa barang-siapa yang
menasihati temannya dengan rahasia, maka dia telah mena-sihati dan
menghiasainya dan barang-siapa yang menasihatinya dengan terang-terangan, maka
dia telah mempermalukan dan merusaknya.
Imam Al Fudhail bin 'Iyadh berkata: Orang
mukmin menasihati dengan cara rahasia dan orang jahat menasihati dengan cara
melecehkan dan memaki-maki.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: Menasihati
para pemimpin dengan cara terang-terangan lewat mimbar-mimbar atau
tempat-tempat umum bukan cara atau manhaj salaf, sebab demikian itu akan
mengakibatkan keresahan dan menjatuhkan martabat para pemimpin, akan tetapi
manhaj salaf dalam menasihati pemimpin adalah dengan mendatanginya, mengirim
surat atau menyuruh salah seorang ulama yang dikenal untuk menyampaikan Nasihat
tersebut.
Bersabar terhadap pemimpin yang zhalim
Barangsiapa yang tidak memiliki kemampuan
untuk menasihati pemimpin yang zhalim, maka sebaiknya berdiam diri dan
bersabar. sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Barangsiapa yang mendapatkan dari
pemimpin sesuatu yang tidak menyenangkan, maka hendaklah bersabar, sesungguhnya
barangsiapa yang keluar dari pemimpin, maka meninggal dalam keadaan
jahiliyah". (HR. Al-Bukhari)
Abdullah Ibnu Abbas berkata: "Pemimpin
adalah ujian bagi kalian, apabila mereka bersikap adil, maka dia mendapat
pahala dan kamu harus bersyukur dan apabila dia zhalim, maka dia mendapatkan
siksa dan kamu harus bersabar."
Imam Nawawi berkata: "Barangsiapa yang
mendiamkan kemungkaran seorang pemimpin tidak berdosa kecuali dia menunjukkan
sikap rela, setuju atau mengikuti kemungkaran tersebut."
Bekal bagi orang yang mensehati pemimpin
1 . Ikhlas dalam memberi nasihat.
Nabi Muhammad bersabda kepada Abdullah bin
Amr:
" Wahai Abdullah bin Amr jika kamu
berperang dengan sabar dan ikhlas, maka Allah akan membangkitkan kamu, sebagai
orang yang sabar dan ikhlas dan jika kamu berperang karena riya', maka Allah
akan membangkitkan kamu sebagai orang riya dan ingin dipuji". (HR. Abu
Daud)
Imam Ibnu Nahhas berkata: Orang yang
menasihati pemimpin atau kepala negara hendaknya mendahulukan sikap ikhlas
untuk mencari ridha Allah. Barangsiapa yang mendekati pemimpin untuk mencari
pengaruh atau jabatan atau pujian maka dia telah berbuat kesalahan yang besar
dan melakukan perbutan sia-sia.
2. Menjauhi segala macam ambisi pribadi.
Seorang yang menasihati pemimpin sebaiknya
menaggalkan segala ambisi dan keinginan pribadi untuk mendapat-kan sesuatu dari
pemimpin atau penguasa. Para ulama salaf telah banyak memberi contoh dan suri
tauladan, seperti Sufyan Atsaury, beliau sering menolak pemberian para penguasa
khawatir bila pemberian tersebut menghalanginya untuk mengingkari
kemungkaran.
3. Mendahulukan sikap kejujuran dan
keberanian
Seorang yang ingin menasehati pemimpin atau
penguasa hendaknya bersikap jujur dan pemberani sebagaimana sabda Nabi:
" Jihad yang paling utama adalah
menyampaikan kebenaran kepada pemimpin yang dhalim". (HR Abu Daud).
4. Berdoa kepada Allah dengan doa-doa
ma'tsur
Dari Ibnu Abbas bahwa beliau berka-ta: Jika
kamu mendatangi penguasa yang kejam, maka berdoalah:
Allah Maha Besar, Allah Maha Tinggi seru
semua makhluq-Nya, Allah Maha Tinggi dari semua yang saya takutkan dan
khawatirkan. Saya berlindung kepada Allah yang tiada Tuhan yang haq selain-Nya,
Dialah yang menahan langit yang tujuh sehingga tidak jatuh ke bumi dengan
izin-Nya dari kejahatan hamba-Mu dan para pengikutnya, bala tentaranya dan para
pendukungnya baik dari jin atau manusia. Ya Allah jadilah Engkau pedampingku
dari kejahatan mereka, Maha Tinggi kekuasaan Allah dan Maha Agung serta Maha
Berkah Nama-Nya tiada Tuhan selain Engkau – dibaca tiga kali- (H.R Ibnu Abu
Syaibah)
Demikian sekilas penjelasan tentang kaedah
dan etika dalam fikih Nasihat khususnya Nasihat kepada para pemimpin kaum
muslimin.
Komentar
Posting Komentar