Tokoh Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh Tokoh Pembaharuan
Dunia Islam Masa Modern
1 Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, daerah Najed
pada tahun 1115 H dan wafat
pada
tahun 1206 H. Negeri tempat kelahirannya adalah sebuah daerah terpencil di
pedalaman Arab Saudi. Daerah ini tandus dan tidak banyak diperhatikan orang
sebelum timbulnya gerakan pemberharuan yang dipelopori Muhammad bin Abdul
Wahab. Meskipun daerah ini secara resmi merupkan daerah jajahan turki, tetapi
pemerintahan turki tidak begitu memerhatikan daerah ini. Karena tidak begitu
mempunyai wakil pemerintahan yang efektif, kabilah-kabilah Arab yang mendiami
daerah ini tersebut tetap sebagai kelompok-kelompok yang bebas. Mereka di bawah
bimbingan berbagai kepala suku (amir-amir) mereka. Pada masa itu, kebesaran dan
kekuasaan kerajaan Turki Usmani mulai merosot dan rapuh.
Muhammad bin Abdul Wahab melajutkan belajar ke berbagai
negeri, seperti Basrah (tinggal selama 4 tahun), Bagdad (tinggal selama 5
tahun), Kurdistan (selama setahun), dan Hamadan (tinggal selama 2 tahun).
Kemudian, ia pergi ke Isfahan untuk mempelajari filsafat dan tasauf. Setelah
itu, ia pulang ke negerinya setelah singgah di Kota Qum.
Paham dan gerakan Muhamman bin Abdul Wahab di bidang
akidah dan syariah adalah sebagai berikut:
a. Tauhid adalah pemahaman tentang
ketuhanan yang penting memadai sebagai jalan yang mampu memurnikan akidah Islam
yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.
b. Tidak ada perkataan seorang pun
yang patut dijadikan dalil agama Islam, melaikan firman Allah dan sunah
Rasulullah saw.
c. Taklid kepada ulama tidak
dibenarkan.
d. Pintu ijtihad terbuka sepanjang masa
dan tidak pernah terputus.
e. Syirik dalam segala bentuk,
khurafat dan takhayul harus dikikis habis.
f. Ia menhendaki system
pendidikan diubah dengan system dinamis dan kreatif.
2. Shah Waliullah
Biografi singkat:
Nama lengkapnya
adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin
Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia
dilahirkan pada hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di
Phulat, sebuah kota kecil di dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176
H. Dia dijuluki “Shah Waliullah” yang berarti sahabat Allah karena kesalehan
yang ia miliki. Dia memulai studinya di usia lima tahun dan menyelesaikan
bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah pengikut Ahlus
Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.
Pemikiran pemikiran:
Ketika ia dewasa ia menyaksikan kemunduran yang dialami oleh umat Islam India
dalam berbagai hal dan berada pada titik kritis kemundurannya. Hal ini sangat
berbeda sekali dengan ketika ia dilahirkan, dimana kerajaan moghul Islam sedang
dalam puncak kebesarannya.
Dalam keadaan demikian ia terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial dan
politik di India zaman itu. Sebagai seorang yang realistik, ia berusaha
memberikan diagnose terhadap perbagai penyakit yang merasuki politik maupun
semangat keagamaan masyarakat Islam, dan menganjurkan cara pengobatan
untuk kesembuhannya dari jurang kehancuran.
Menurutnya, salah satu sebab kemunduran umat Islam salah satunya adalah
masuknya adat-istiadat dan ajaran-ajaran bukan islam ke dalam keyakinan umat
islam (bid’ah). Umat Islam di India menurutnya banyak dipengaruhi oleh
adat-istiadat dan ajaran Hindu. Karena itu keyakinan ajaran umat islam harus
dibersihkan dari hal-hal asing tersebut. Mereka mesti dibawa kembali kepada
ajaran-ajaran islam yang sebenarnya bersumber yang asli yaitu Al Qur’an dan
Hadits. Dan untuk mengetahui ajaran-ajaran islam sejati, orang harus kembali
kepada 2 sumber tersebut bukan kepada buku-buku tafsir, fiqih, ilmu kalam dan
sebagainya.
Dan penyebab kemunduran umat yang lainnya adalah taqlid atau mengikut dan patuh
pada penafsiran dan pendapat-pendapat ulama-ulama masa lampau. Ia
mensarankan agar masyarakat Islam bersifat dinamis. Penafsiran yang sesuai
untuk suatu zamannya belum tentu sesuai dengan zaman sesudahnya. Oleh
karena itu ia menentang taqlid dan sangat menganjurkan untuk berijtihad.
Ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits, melalui
ijtihad harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Karena itu dalam rangka
pemikiran ajaran islam yang murni dan yang telah kemasukan adat istiadat, ia
membedakan antara Islam yang universal dan Islam yang mempunyai corak lokal.
Islam universal mengandung ajaran-ajaran dasar yang kongkrit, sedang islam lokal
mempunyai corak yang ditentukan oleh kondisi tempat yang bersangkutan, dan yang
harus dikembangkan menurutnya adalah Islam yang universal.
Syah Waliyullah juga berusaha mendamaikan perpecahan yang terjadi
dikalangan umat islam, yang diakibatkan oleh pertentangan oleh aliran
dan mazhab. Menurutnya hal ini merupakan sebab lain bagi lemahnya umat
Islam. Pada zamannya memang terjadi pertentangan yang sangat
tajam antara Sunni dengan Syi’ah, Mu’tazilah dengan Asy’ariyah dan Maturidiyah,
dilain pihak Kaum Sufi dan kaum Syari’ah dan diantara pengikut Mazhab yang
4-pun demikian. Oleh sebab itu ia berusaha untuk mengadakan suasana damai
antara golongan-golongan tersebut. Syi’ah oleh kalangan sunni yang
mayoritas dipandang telah keluar dari Islam, pendapat ini dilawan oleh Syah
Waliyullah dengan menegaskan bahwa kaum Syi’ah sama halnya dengan kaum Sunni,
masih tetap Islam. Ajaran-ajaran yang mereka anut tidak membuat mereka keluar
dari Islam.
Dalam bidang tasauf ia berupaya menyelaraskan konsepsi Ibn Arabi tentang
wihdah al wujud (kesatuan wujud) dengan konsepsi Syaikh Ahmad Sirhindi (w.1624
M) tentang wahdah al syuhud (kesatuan penyaksian).
Dalam bidang hadist, ia adalah pelopor kebangkitan hadits di wilayah
India, dimana waktu itu studi hadits di Timur Tengah mengalami kemandegan.
Dalam bidang hadits ini, ia membuat syarah kitab Al Muwaththa karya Imam Malik
dalam dua bahasa (bahasa Arab dan Persia), yaitu Al Mushaffa dan Al
Maswa. Pembaharuan dalam pemikiran dan juga studi hadits ini ini
dilanjutkan oleh anak dan cucu-cucunya.
3.MUHAMMAD
ALI PASYA
Muhammad
Ali, adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani, pada tahun
1765, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. orang tuanya bekerja sebagai
seorang penjual rokok dan dari kecil Muhammad Ali telah harus bekerja. Ia tak
memperoleh kesempatan untuk masuk sekolah dengan demikian dia tidak pandai
menulis maupun membaca, meskipun ia tak pandai Setelah Muhammad Ali mendapat kepercayaan
rakyat dan pemerintah pusat Turki, ia menumpas musuh-musuhnya, terutama
golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah akhirnya mamluk dapat
ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali menjadi penguasa tunggal di Mesir,
akan tetapi lama kelamaan ia asyik dengan kekuasaannya, akhirnya ia bertindak
sebagai diktator. Pada waktu Muhammad Ali meminta kepada sultan agar Syiria
diserahkan kepadanya, Sultan tidak mengabulkannya. Muhammad Ali Pasya marah dan
menyerang dan menguasai Syiria bahkan serangan sampai ke Turki. Muhammad ali
dan keturunannya menjadi raja di Mesir lebih dari satu setengah abad lamanya
memegang kekuasaan di Mesir. Terakhir adalah Raja Farouk yang telah digulingkan
oleh para jenderalnya pada tahun 1953. Dengan demikian berakhirlah keturunan
Muhammad Ali di Mesir.,[8]
Pembaharuan
yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali :
1. Politik luar negeri
1. Politik luar negeri
Muhammad
Ali menyadari bahwa bangsa mesir sangat jauh ketinggalan dengan dunia Barat,
karenanya hubungan dengan dunia Barat perlu diperbaiki seperti Perancis, Itali,
Inggris dan Austria . Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim 311
pelajar Mesir ke Itali, Perancis, Inggris dan Austria . Selain itu dipentingkan
pula ilmu Administrasi Negara, akan tetapi system politik Eropa tidak menarik
perhatian Muhammad Ali.
2. Politik dalam negeri
a. Membangun kekuatan militer.
b. Bidang pemerintahan.
c. Ekonomi.
d. Pendidikan.
4. Al-Tahtawi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran
pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di
Mesir. Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi turut memainkan
peranan.
Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang
terletak di Mesir bagian Selatan, dan meninggal di Kairo pada tahun 1873.
Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua
al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang di kuasai saat itu. Ia terpaksa belajar
di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun,
ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu
ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822.
pemikirannya:
Bidang Ekonomi
Bidang Ekonomi
Dalam bukunya manahijul-albab al-Misriyyah, fi
mana hijil adab al-‘Asriyyah: beliau menerangkan bahwa betapa
pentingnya kemajuan ekonomi bagi kemajuan suatu negara. Menurut pendapatnya
masyarakat kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan seperti yang beliau
lihat di Eropa. Dan menurut beliau kesejahteraan akan dicapai dengan tiga cara:
berpegang teguh pada agama, berbudi pekerti baik, dan kemajuan ekonomi.
Sedangkan ekonomi mesir sendiri bergantung pada pertanian, ia memuji usaha yang
di jalankan Muhammad Ali dalam lapangan ini.
Ø Bidang
Pemerintahan
Menurut pendapat Al-Tahtawi masyarakat suatu negara
tersusun dari empat golongan: Raja, kaum Ulama dan Ahli-ahli, Tentara dan Kaum
Produsen. Dua golongan pertama adalah golongan yang memerintah dan menjalankan
kesejahteraan suatu negara sedangkan dua golongan yang lain adalah golongan
rakyat yang harus patuh dan setia kepada pemerintahan.
Ø Bidang
Pendidikan
Al-Tahtawi
semasa hidupnya banyak waktu yang dihabiskan untuk mengejar, dan mengatur
pendidikan, dia menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang
ditulisnya. Dia menyatakan, bahwa pendidikan itu harus ada kaitanya dengan
masalah-masalah masyarakat dan lingkungan.[7]
Dan dalam bukunya Al-Mursyidul-Amin lil Banati wal Banin, beliau
menjelaskan bahwa, pendidikan dasar mesti bersifat universal dan sama bentuknya
untuk segala golongan. Pendidikan menengah mesti mempunyai kualitas tinggi.
Anak-anak perempuan mesti memperoleh pendidikan yang sama dengan anak
laki-laki. Kaum ibu harus mempunyai pendidikan, gar dapat menjadi istri yang
baik dan dapat menjadi teman suami dalam kehidupan intlektual dan sosial dan
bukan hany a menjadi istri yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani keluarganya
juga agar dapat bekerja seperti laki-laki dalam batas-batas kesanggupan dan
pembawa mereka, selanjutnya agar mereka dapat melepas kekosongan waktu di rumah
dan dari kebiasaan mengobrol dengn tetangga.
Ø Patriotisme
Menurut
Al-Tahtawi pendidikan bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga
membentuk rasa kepribadian dan menanamkan hubb al-watan (rasa
patriotisme). Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang
mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai peradaban. Al-Tahtawi adalah orang
mesir yang pertama kali menganjurkan patriotisme. Kata-kata watan dan hubb
al-watan kelihatan selalu di pakai oleh Al-Tahtawi dalam buku kedua
dan ketiga.
Ø Ijtihad
Dan Pengetahuan Modern
At-Tahtawi
berpendapat bahwa kaum ulama harus mengetahui Ilmu-ilmu moderen agar mereka dapat
menyesuaikan syariat dengan kebutuhan-kebutuhan modern. Ini mengandung arti
bahwa ijtihad yang tertutup pintunya semenjak abad ke-11 M, bagi Al-Tahtawi
dalah tebuka, tetapi beliau belum berani mengungkapkan secara terang-terangan.
Karena masyarakat islam belum bisa menerima pendapat pada masa itu karena di
anggap telalu radikal.
5. Jamaluddin
al-Afgani
Jamaluddin al-Afgani nama aslinya adalah Muhammad Ibnu
Safdar al-Husainy. Ia lahir pada tahun 1838 M di Kota Asadabad. Kawasan distri Kabul,
bagian timur Afghanistan. Ia wafat pada tahun 1897 M di Iran dalam status
tahanan politk.
Sejak kecil, ia sudah belajar membaca al-Qur’an, bahasa
Arab, Persia, Ilmu tafsir, imu hadis, tasawuf, dan filsafat. Ia juga pernah
menuntut ilmu ke Iran dan Irak, pusat perguruan Syiah. Selama beberapa tahun,
ia menjadi murid seorang sarjana syiah bernama Murtada an-Nasary.
Pada
usia 20 tahun, Jamaluddin al-Afgani menjadi pembantu pangeran Muhammad Khan di
Afghanistan pada tahun 1864 M, ia menjadi penasihat Sher Ali Khan, kemudian ia
diangkat menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azham Khan
berkat kecerdasan dan kepribadiannya yang menarik. Jamaluddin al-Afgani banyak
memperoleh pengalaman selam mengembara ke berbagai Negara, seperti ke India dan
Mesir. Ia juga menjadi dosen kaum intelektual di Universitas al-Azhar Mesir. Di
antara muridnya yang cukup terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul.
Pokok pemikiran Jamaluddin al-Afgani:
1. Bangkitkan
kesadaran berpolitik melawan absolutism.
2. Lengkapi
diri dengan sains dan tekonologi modern.
3. Kembali
pada Islam yang sebenarnya.
4. Hidupkan
aqidah Islam sebagai aqidah yang komprehensif dan independen.
5. Lawan
kolonialisme asing.
6. Tegakkan
persatuan Islam.
7. Infuskan
ruh jihad ke jasad masyarakat Islam yang setengah mati.
8. Hilangkan
rasa rendah diri dan rasa takut terhadap barat.
6. MUHAMMAD
ABDUH
Biografi
Ia lahir di suatu desa (tidak jelas nama
desanya) pada tahun 1849 M. Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh
Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir.
Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat
sampai kepadaUmar bin Khattab.
.
Pemikiran-pemikirannya
Faktor penyebab terjadinya kemunduran di kalangan umat
Islam adalah :
1.
Paham jumud, yaitu paham yang
beku, tidak berkembang, statis di kalangan umat Islam. Paham ini berpendapat,
bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi didakan perubahan-perubahan sebab sudah
menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
2.
Faham fatalis (jabbariyah), yaitu
bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga
manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sudah mewabah di
kalangan umat Islam sebagai akibat faham tasawuf yang keliru yang berkembang
sejak abad 11- 13 M. Umat Islam melakukan tasawuf karena sikap
frustasi dan putus asa sebagai akibat kekalahan politik umat Islam, terutama
sejak hancurnya Baghdad pada abad XIII. Akibat dari perilaku tasawuf ini, umat
Islam tidak lagi mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana pernah terjadi pada
abad II hijriyah ( abad VII M).
3.
Paham taqlid yang sudah mewabah di kalangan
umat Islam. Paham taqlid ini diakibatkan karena fanatik yang membabi buta terhadap
mazhab, akibat dari paham taqlid ini mengakibatkan umat Islam tidak memiliki
semangat untuk berijtihad, dan umat Islam menjadi terpecah-pecah dan sulit
untuk disatukan kembali menjadiummatan wahidah.
4.
Umat Islam sudah tidak lagi memfungsikan
peran akal secara maksimal, sehingga umat Islam lebih banyak tunduk pada
keadaan dan pasrah kepada nasib. Menurut Muhammad Abduh, banyak sekali dalam
ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada umat Islam untuk menggunakan akalnya.
Dari lemahnya akal ini mengakibatkan umat Islam mundur peradabannya dan tidak
berdaya menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia
Barat (Perancis dan Inggris).
C. Problem
solving :
Untuk memecahkan permasalahan umat Islam yang harus
dilakukan adalah :
1.
Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang
telah teetutup. Dengan ijtihad ummat Islam bekembang ilmu pengetahuan dan
peradabannya.
2.
Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada
keadaan di kalangan umat Islam, sebab Allah telah mencipakan akal yang memilki
kemauan bebas (free will) dan free act(bebas berbuat)
berdasarkan hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).
3.
Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia
sebagaimana Barat sehingga ummat Islam akan mengalami kemajuan dan kemenangan.
7. RASYID RIDHA
Biografi
Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat.
Ia lahir pada tahun 1865 M. di desa Al-Qalamun Libanon. Menurut riwayat ia
berasal dari keturunan AL-Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia
selalu memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya
Pemikiran-pemikirannya
Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang
guru (Muhammad Abduh). Menurut pendapat Rasyid Ridla, bahwa yang menyebabkan
kemunduran umat Islam adalah sebagai berikut :
1. Tidak
adanya semangat pemikiran dan penelitian (ijtihad) di kalangan umat
Islam secara dinamis. Umat Islam beranggapan bahwa pintu ijtihad telah
tertutup. Hilangnya semangat ijtihad ini bertentangan dengan hukum sunnatullah yang
selalu berkembang dan tidak pernah berhenti Ajaran Islam yang
tidak boleh dirubah adalah mengenai masalah ibadah, yang secara
tegas sudah diatur secara jelas, (ibadah mahdlah). Akan tetapi mengenai
persoalan muamalah(hubungan manusia dengan yang lain) seperti :
ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, dll, akan selalu
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu, fiqh yang menyangkut
persoalan kehidupan manusia dalam masyarakat tadi selalu membutuhkan ketetapan
hukum baru yang bersumber pada ijtihad.
2. Faham
fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah
ditentukan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap
fatalis ini sebagai akibat tidak difungsikannya peran akal secara maksimal.
Menurut Rasyid Ridla, akal adalah hidayah Allah ( disamping
wahyu) yang berfungsi untuk mencari kebenaran terhadap ayat-ayat Allah, baik
ayat yang tertulis (Al-Qur’an) maupun ayat-ayat kauniyyah (alam
semesta).
3. Untuk
mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang persatuan umat Islam,
dan agar persatuan umat Islam terwujud perlu dibentuk khilafah
islamiyah. Rasyid Ridla tidak sependapat dengan gurunya
(Muhammad Abduh) yang terlalu liberal (bebas) dan kebarat-baratan. Rasyid Ridla
juga tidak sependapat dengan paham nasionalime yang berkembang di Negara Islam
(terutama di Turki). Sebab nasionalisme tidak dikenal dalam Islam
8. Sayyid ahmad Khan
Biografi
Singkat
Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut
keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad saw melalui
Fatimah dan Ali. Ia mendapat pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama dan
di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang rajin
membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia depalan
belas tahun ia masuk bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia
bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi
untuk meneruskan studi.
B. Pemikiran-pemikiran
Pembaharuan
1. Bidang
Politik :
a. Peningkatan
kemajuan umat Islam di India dapat diwujudkan bukan melawan penjajah Inggris,
tetapi harus bekerja sama dengan Inggris sebagaimana yang dilakukan umat Hindu.
b. Umat
Hindu lebih maju peradabanya dari pada umat Islam sebab umat Hindu lebih
senang bekerja sama dengan Inggris.
c. Inggris maju dalam hal
peradabannya karena lebih menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena
itu umat Islam harus belajar Iptek dari penjajah Inggris.
d. Memberontak atau melawan
Inggris tidak ada artinya apabila umat Islam belum mampu melawan.
e. Berusaha
meyakinkan pihak Inggris bahwa umat Islam bukan musuh tetapi umat yang cinta
damai.
f. Umat Islam adalah satu umat yang tidak dapat membentuk
suatu Negara dengan umat Hindu, oleh karena itu umat Islam harus memiliki
Negara sendiri.
2. Bidang agama :
a. Umat
Islam mundur dikarenakan faham fatalist (jabbariyah),
yaitu paham bahwa nasib manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia
tidak sanggup merubahnya. Akibat dari paham ini menyebabkan umat Islam tidak
memiliki kemauan keras untuk maju, pasrah tanpa usaha serta lebih senang
menyerahkan persoalannya kepada Tuhan. Padahal Tuhan telah
memberikan akal dan potensi lain yang dianugerahkan kepada manusia untuk
mencapai kemjuan-kemajuan.
b. Sebenarnya manusia diberikan kebebasan
untuk memaksimalkan peran akalnya (free will) dan berbuat sesuatu secara
bebas (free act) namun tetap dalam koridor tauhid kepada Allah dan tidak
bertentangan dengan hukum Allah.
c. Kebebasan dalam berfikir
umat Islam terhenti karena pendapat, bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Akibat
dari pendapat ini umat Islam tidak memiliki gairah untuk menemukan teori-teori
baru melalui jalan ijtihad sebagaimana telah terjadi pada abab II H, di mana
umat Islam pernah mencapai kejayaan di semua bidang pengetahuan.
d. Dalam kehidupan ini, Allah
telah menentukan hukum alam (nature law) yang telah ditetapkan sesuai
kehendaknya. Hukum itu berupa hukum sebab akibat yang berlaku bagi setiap orang
/manusia. Dalam menentukan hukum alam ini , manusia diberikan kebebasan untuk
memilih (ikhtiyar) antara baik atau jelek, dan antara maju atau mundur.
9.
Sultan Mahmud II
biografi
singkat:
Mahmud lahir di Istambul pada tanggal 13 Ramadhan 1199 bertepatan
dengan tanggal 20 Juli 1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli 1839. Dia adalah
sultan ke-33 dari sultan Kerajaan Ottoman di Turki. Diangkat menjadi sultan
pada tanggal 28 Juli 1808 menggantikan kakaknya Mustafa IV sampai ia meninggal.
Ayahnya bernama Salim III (sultan ke-31). Sultan Mahmud II dipandang sebagai
pelopor pembaruan di Kerajaan Ottoman, sebanding dengan Muhammad Ali (1805-1849)
yang memelopori pembaruan di Mesir. Sementara itu dalam Kerajaan Ottoman,
pembaruan sudah dimualai sejak Sultan Mustafa IV sampai pada sultan-sultan
sesudahnya, sehingga masa ini disebut periode modern. Mahmud II semasa kecilnya
selain memperoleh pendidikan tradisional dalam bidang agama, juga memperoleh
pendidikan pemerintahan dan sastra (sastra Arab, Turki, dan Parsi). Dalam suatu
pemberontakan tentara Janissary (Turki: yeni cheri), pada masa
pemerintahan Mustafa IV, semua anggota keluarga Ottoman terbunuh kecuali Mahmud
II yang sempat lolos.
pemikiran pemikiranya:
sultan Mahmud II adalah
pelopor pembaharuan Islam di Turki. Dia banyak melakukan pembaharuan
(modernisasi) diantaranya:
1. Pembaharuan di
bidang militer. Ia membentuk korps tentara baru yang pelatihnya dikirim dari
Mesir oleh Muhammaad Ali Pasya.
2. Sultan Mahmud II
menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan.
3. Kedudukan sadrazam
dihapus dan diganti dengan Perdana Menteri. Kekuasaan yudikatif yang pada
mulanya di tangan sadrazam dipindahkan ke Syekh Islam.
4. Menghapus hukuman
mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap tersangka tanpa melalui
prosedur hukum.
5. Menghapus tradisi
rakyat Turki, apabila mereka menghadap sultan maka mereka harus berlutut.
6. Pembaharuan di
bidang pendidikan. Dia memasukkan kurikulum pendidikan umum ke dalam lembaga
pendidikan madrasah.
7. Mengirim
siswa-siswa untuk belajar di Eropa.
8. Mendirikan sekolah
Kedokteran, Kemiliteran, Teknik dan Pembedahan.
9. Mengadakan
pembaharuan di bidang Ekonomi.
10.
Muhamad Iqbal
Biografi
Singkat
Muhammad Iqbal adalah The founding
father of Pakistan (Bapak pendiri Pakistan), seorang filosof serta
penyair. Ia berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan
lahir di Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke
Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan
MA. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang
Orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan
studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi ke Negara ini dan masuk ke Universitas
Cambridge untuk mempelajari filsafat, Dua tahun kemudian dia pindah ke Munich
di Jerman, dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D (Philosophy of Doctor) dalam
tasawuf. Tesis doctoral yang dimajukannya berjudul : The
Development of Metaphyscs in Persia.
Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di
samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen falsafat. Bukunya The
Reconstruction of Religius Thought in Islamadalah hasil
ceramah-ceramah yang diberikannya di beberapa universitas
di India.
B. Pemikiran-pemikirannya
1. Bidang
agama
a. Ajaran
Islam itu bersifat dinamis tidak statis. Dalam Islam ada ungkapan :
“
Al- Islam shalih li kulli zaman wa makan” (Islam itu fleksibel
dalam sitiuasi dan kondisi apapun).
b. Barat
maju karena pemikiran Barat selalu dinamis, tidak pernah berhenti. Barat sangat
cinta ilmu pengetahuan dan senantiasa berijtihad (mengadakan research/penelitian).
c. Umat
Islam agar senantiasa menciptakan ide-ide baru dalam dunia baru, tidak boleh
pasrah terhadap keadaaan dan tidak boleh lama-lama tidur. Umat Islam harus
bangkit dari tidurnya. Dalam pandangan Iqbal, bahwa orang kafir yang aktif
lebih baik dari pada muslim yang suka tidur. (pemikirannya serta malas usaha).
2. Bidang
Politik :
a. Umat
Islam bisa maju harus hidup dalam satu ikatan umatan wahidah, yaitu
adanya Pemimpin Islam dunia untuk menyatukan umat Islam.
b. Iqbal
menolak nasionalisme Barat yang membuat umat Islam terpecah-pecah menjadi
negara –negara kecil. Negara boleh beda, tetapi bangsa tetap satu yaitu umat
Islam.
c. Iqbal
menolak kapitalisme dan imperialisme Barat
yang menyengsarakan bangsa-bangsa, sebaliknya Iqbal lebih tertarik
sosialisme yang berkembang di Barat, sebab sosialisme identik bahkan sebagian
dari ajaran Islam.
d. Nasionalisme
yang berkembang di India yang terdiri dari dua kekuatan yaitu Islam dan Hindu
ia setuju, tetapi sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa
umat Islam di India harus memilih antara tetap hidup di India dengan tetap
menjadi kaum minoritas, atau memisahkan diri dari India dengan memiliki Negara
dan kekuasaan sendiri. (ini merupakan embrio kelahiran Negara Pakistan)
Izin promo ya Admin^^
BalasHapusbosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))
Izin promo ya Admin^^
BalasHapusbosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))