GADIS HANIFAH CERPEN VERSI ABDUL GOFUR
1.
Tema :
Penduduk pribumi di Ngali
2.
Alur :
Maju
3.
Penokohan :
-
Haji Hisbulah :
Baik
-
Hanifah :
Baik
-
Jejaka :
Iri Hati
-
Rahim :
Baik
-
Pak Hamzah :
Baik
4.
Setting / Latar :
-
Waktu :
Siang
-
Tempat :
Sawah
-
Suasana :
Menyenangkan
5.
Sudut Pandang :
Orang ketiga karena orang ketiga ingin tahu
6.
Amanat :
Janganlah suka merusak hubungan orang lain
GADIS HANIFAH
Di antara rumah-rumah penduduk
pribumi di Ngali terdapat sebuah yang nampak menonjol. Rumah panggung itu
bertiang delapan belas batang, sehingga merupakan rumah yang tergolong besar.
Pemilik dan penghuninya memang seorang kaya raya, asli kelahiran Ngali. Haji
Hizbullah namanya. Baru setahun ia dan istrinya dapat ridho Tuhan dapat
menunaikan Rukun Islam ke lima di Tanah Suci. Kemampuan membiayai perjalanan
ini didapatnya dari hasil panen bawang. Sudah menjadi kelaziman di daerah itu
hasil panen bawang bisa membiayai orang naik haji.
Sawah milik pribadi Pak Haji
Hizbullah memang luas, dan ternaknya hampir tak terhitung jumlahnya. Kuda,
kerbau, kambing, domba dan ayam dikandangkan di kolong rumahnya yang besar itu.
Juga ada beberapa ekor kuda anjing, kerbau, dan kambing yang dibiarkan hidup di
sabana, dijaga oleh beberapa orang penggembala upahan.
Meskipun kekayaannya begitu melimpah
ruah suami istri Haji Hizbullah masih merasa miskin . ada suatu kekurangan
menjadi keperihatian mereka berdua , lebih lebih bila berjumpa dengan sahabat
atau kenalanya pertama – tama di tanyanakan bukanlah hal kekayaan melainkan hal
anak atau cucu . dalam hal keturunan ini Pak Haji Hizbullah benar – benar
merasa miskin . Anaknya Cuma seorang anak perempuan yang diberi nama HANIFAH dan
sudah meningkat remaja , namun belum juga mempunyai adik . Tak kurang – kurang
daya ikhtiar suami istri Haji Hizbullah dengan jalan apapun tanpa memperdulikan
biaya yang harus dikeluarkan.
Ketika
mereka berdua berada di tanah suci . setiap sembahyang selalu mereka berdoa
kepada Yang Maha Kuasa , agar dikaruniai lagi anak . tetapi tetap tak berhasil
akhirnya mereka berseh bulat bulat kepada Tuhan dan dengan ikhlas serta
perasaan syukur atas kemurahan dan kehendak illahi atas anugerahnya berupa
seorang anak saja . lebih lebih semakin disadarinya bahwa anak satu satunya itu
ternyata sehat , segar bugar dan jelita
Hanifah
memang gadis yang cantik , tinggi semampai , serba santun dalam tingkah laku
maupun tutur katanya Budi Bahasanya halus , pandai dan rajin bekerja. Kebaikan
anak anak gadis daerah itu antara lain. Ialah saan anak anak gadis daerah itu
antara lain . ialah menenun , menyongket dan masak . hanifah dalam segala hal
tidak mengecewakan menenun sehelai sarung bisa selesai dalam dua hari saja .
satu prestasi yang jarang bisa dicapai oleh gadis lainnya. Masak memasak pun ia
pandai bahkan tidak jarang mendapatkan pujian dari tamu tamu yang kebetulan di
jamu di rumahnya
Menyaksikan
perkembangan anak gadisnya yang sudah hampir dewasa itu , Bapak mampu ibu haji
sering tanya di dalam hatinya “ Kapankah Hannifah mendapatkan Jodohnya ? jejaka
manakah yang akan melamarya dengan memenuhi syarat – syarat menurut kelaziman
adat nenek moyang ? adapun syarat – syarat antara lain calon suami mensti
pandai mencari rezeki , pandai mengaji , dan sanggup memberi rumah sebagai mas
kawin .
Bagaimana
sikap hanifah sendiri terhadap ketentuan – ketentuan itu ? ternyata ia
mempunyai pendirian sendiri . ia tak mau terkait oleh nenek moyangnya , khususnya
dalam hal perjodohan. Hanifah merasa bukan gadis pingitan, walaupun harus
mentaati peraturan-peraturan dalam tata hidup kamu wanita Islam. Hal itu memang
sudah menjadi kelaziman bagi gadis dan wanita Islam di daerah Bima pada umumnya
dan di Ngali khususnya. Pergaulan bebas di antara wanita di luar rumah memang
tidak dilarang, begitu pula menuntut ilmu di sekolah. Tetapi, segala sesuatu
ada batas-batasnya. Misalnya dalam hal berpakaian, maka bagian-bagian aurat
harus tertutup rapat-rapat. Seluruh tubuh harus “tertutup”. Sampai wajah pun
diwajibkanditutup dengan kain sutera tipis. Dengan demikian wajah tak tampak
dengan jelas dan langsung. Sebaliknya si wanita bisa melihat sekitar dengan
leluasa dari balik tutup kain sutera tipis itu. Pergaulan antar gadis
sebenarnya menjadi salah satu jembatan buat mencapai kemajuan. Karena itu
mereka tidai bisa disebut gadis kotor.
Gadis
Hanifah sendiri memang sudah khatam mengaji maupun tamat sekolah umum, walaupun
hanya sekolah “Ongko 2” saja. Dalam menghabiskan masa remajanya ia pun giat
ikut mengurus rumah tangga dan dapur orang tuanya.
Sudah
adakah jejaka pilihannya? Ibunya pernah menanyakan hal itu, walaupun hanya
secara menyindir dan bergurau. Hanifah Cuma geleng kepala, malah membelokkan
percakapan ke arah soal-soal lain.
Sebagai
seorang gadis remaja tentunya Hanifah juga tak lepas dari idam-idaman dan
cita-cita, khususnya dalam hal hidup berumah tangga. Memang sudah ada beberapa
pemuda Ngali yang menarik perhatiannya. Tetapi sebegitu jauh belum ada satu
orang pun yang melekat pada lubuk hatinya. Jelasnya, belum ada satu anak muda
di Ngali yang berhasil merebut kunci hati Hanifah.
Ia
memang pernah hampir terjerat dalam jala asmara, yakni dengan pemuda Rahim,
anak satu-satunya pak guru kepala Hamzah. Jalan-jalannya memang sudah lama
terbuka. Misalnya, Rahim dan Hanifah pernah sesekolah, walaupun Rahim lebih
tinggi kelasnya. Hubungan yang sudah
mulai licin karena terbukanya kesempatan-kesempatan yang baik itu kiranya
mendadak terputus. Pada suatu waktu dalam kesempatan ber- “todo bawang” kedua
remaja itu saling melepaskan pantun sindiran, sebagaimana biasa terjadi pada
peristiwa demikian, menurut ada kebiasaan. Mula-mula Rahim, kemudian dijawab
oleh Hanifah. Kiranya si jejaka seolah-olah lalu mundur teratur, bergeser
tempat makin menjauhi Hanifah. Putuslah hubungan mereka. Apa lagi setelah Rahim
bekerja di kota Bima. Hubungan itu tidak menampakkan tanda-tanda akan disambung
kembali. Walaupun anak pak Hamzah hampir sebulan sekalli pulang menengok orang
tuanya. Namun Hanifah ternyata belum juga memberi tempat kepada pemuda itu di
dalam lubuk hatinya.
Komentar
Posting Komentar