Makalah SLE ( Lupus Eritematosus Sistemik ) VERSI ABDUL GOFUR

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

            Dalam Kongres Internasional Lupus eritematosus Sedunia di New York, awal Mei lalu, lebih dari 1200 peserta dari seluruh penjuru dunia hadir, baik dari kalangan medik, perawat, peneliti, maupun mereka yang terkena lupus. Dokter spesialis yang hadir pun beragam, seperti spesialis penyakit dalam, konsultan hematologi, rematologi, ginjal, spesialis kulit dan kebidanan. Organisasi ataupun perhimpunan orang dengan lupus eritematosus juga hadir dari berbagai negara, dari Indonesia hadir Ketua Yayasan Lupus eritematosus Indonesia (YLI) yang merupakan wakil satu-satunya dari perhimpunan serupa di Asia.

            Untuk diketahui saat ini, ada lebih dari 5 juta pasien lupus eritematosus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan. Sebagian besar pasien lupus eritematosus ditemukan pada perempuan usia produktif. Jumlah pasien di Indonesia yang secara tepat tidak diketahui diperkirakan paling tidak sama dengan jumlah pasien lupus eritematosus di Amerika, yaitu 1.500.000 orang. Beberapa data menunjukkan insiden penyakit lupus eritematosus ras Asia lebih tinggi dibandingkan dengan ras Kaukasia. Saat ini pasien lupus eritematosus yang terdaftar sebagai anggota YLI ada 757 orang, sebagian besar berdomisili di Jakarta.
Salah satu tujuan proklamasi hari lupus
 eritematosus sedunia adalah meningkatkan kualitas layanan dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi pengidap lupus eritematosus. Masalah pertama adalah seringnya penyakit pasien terlambat diketahui dan diobati dengan benar karena cukup banyak dokter yang tidak mengetahui atau kurang waspada tentang gejala penyakit lupus dan dampak lupus eritematosus terhadap kesehatan. Di Indonesia, rendahnya kompetensi dokter untuk mendiagnosis penyakit secara dini dan mengobati penyakit lupus eritematosus dengan tepat tercermin dari pendeknya survival 10 tahun yang masih sekitar 50 persen, dibandingkan dengan negara maju, yang 80 persen.

            Masalah berikutnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan pasien lupus eritematosus dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan lupus. Dirasakan penting sekali meningkatkan kewaspadaan masyarakat tentang dampak buruk penyakit lupus eritematosus terhadap kesehatan. Masalah lupus eritematosus tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan pasien, namun juga mempunyai dampak psikologi dan sosial yang cukup berat untuk pasien maupun keluarganya.

            Lupus eritematosus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapat kelainan sistem imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan sistem tubuh. Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing (misalnya bakteri, virus) karena autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan kompleks imun (antibodi yang terikat pada antigen) di dalam jaringan.

            Manifestasi dapat berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya tergantung dari target organ yang terkena. Gejala yang timbul dapat menyerupai penyakit lain seperti multiple sclerosis, arthritis reumathoid, atau bahkan demam berdarah, sehingga sering menyulitkan dalam penegakkan diagnosa.

            Para tenaga medis sangat berhati-hati dalam mendiagnosa lupus eritematosus, pemeriksaan status sistem imun yang lengkap dan menyeluruh, termasuk mengetahui seluruh riwayat penyakit pasien mutlak diperlukan sebelum diagnosa lupus eritematosus ditegakkan.

            Perkembangan penelitian penyebab dan pengobatan Lupus eritematosus di dunia cukup menjanjikan dalam 3 dekade terakhir, terlihat bahwa pendekatan pengobatan mulai berubah, diagnosa dini mulai dapat ditegakkan, manifestasi penyakit pada sebagian besar pasien mulai dapat dikontrol sehingga jumlah dan jenis obat-obatan yang dikonsumsi dapat dikurangi.

B. TUJUAN
a.       Tujuan umum
Untuk mengetahui secara umum tentang lupus eritematosus.
b.      Tujuan khusus
·         Untuk mengetahui pengertian lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui tentang etiologi lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui tentang epidemiologi lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui tentang patofisiologi lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui tentang klasifikasi lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui manifestasi klinis lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan lupus eritematosus
·         Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan lupus eritematosus



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lupus Eritematosus
Penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit.
Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE).
SLE (Sistemics lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoimun dalam tubuh.
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala dari penyakit ini bisa bermacam-macam, bersifat sementara, dan sulit untuk didiagnosis. Karena itu angka yang pasti tentang jumlah orang yang terserang oleh penyakit ini sulit diperoleh. SLA menyeranga wanita kira – kira delapan kali lebih sering dari pada pria. Penyakit ini sering kali bherawal pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Di amerika ga Serikat penyakit ini menyerang wanita berkulit hitam tiga kali lebih sering dar pada wanita berkulit putih jika penyakit ini bermuncul pada uia diatas 60 tahun, biasanya akan lebih mudh untuk diatasi.
SLE adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus yang etiologinya tidak diketahui. Kelompok ini meliputi SLE,skleroderma, polimiositis, artritis reumatoid, dan sindrom sjogren. Gangguan-gangguan ini sering kali memiliki gejala-gejala yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya dan dapat tampil secara bersamaan, sehingga diagnosis menjadi semakin sulit untuk ditegakkan secara akurat. SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai suatu gangguan yang bersifat fulminan dan mematikan. Namun demikian, keadaan yang paling sering ditemukan adalah keadaan eksaserbasi atau hampir remisi yang berlangsung untuk waktu yang lama. Identifikasi awal dan penatalaksanaan SLE biasanya dapat memberikan proknosis yang lebih baik.

B.     Etiologi
Sehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman virus, sinaran ultraviolet, dan obat-obatan tertentu memainkan peranan.

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian.

Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) bukanlah suatu penyakit keturunan. Walau bagaimanapun, mewarisi gabungan gen tertentu meningkatkan lagi risiko seseorang itu mengidap penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE).

C.    Epidemiologi
Prevalansi SLE di berbagai negara sangat bervariasi. Prevalansi pada berbagai populasi yang berbeda-beda.Dari berbagai sumber diadapatkan data antara lain :
a.       Prevalansi penyakit SLE adalah 0, 06 % dari populasi umum. (kirsch, et all).
b.      Di amerika serikat, insiden penyakit SLE adalah 14, 6 – 50.8 kasus/100.000 orang sedangkan prevalensinya 24-100/100.000 orang. The Lupus Foundation of America( LFA ) memperkirakan sekitar 1,5 juta penduduk Amerika Serikat menderita penyakit SLE dengan berbagai tipe terutama wanita. Orang Amerika keturunanAfrika, Hispanik, orang Amerika asli dan orang Asia memiliki resiko besar untuk menderita penyakit SLE.
c.       Prevalensi penyakit SLE di Swedia adalah 36/100.000orang.
d.      Di Inggris prevalensinya hampir sama dengan orangAsia 40/100.000
e.       Di negara Eropa prevalensi SLE 20/100.000 orangf.Penyakit SLE lebih sering menyerang pada usia 15 – 40tahun tetapi semua umur bisa saja terkena,
f.       penyakit SLE lebih sering menyerang pada wanita daripada pria ( 9 :1 ) sedangkan pada anak-anak meningkat 10 : 1
g.      Pada wanita Eropa umur 15 -24 tahun prevalensinya1/700 orang wanitah.
h.      Pada wanita Amerika-Afrika umur 15 – 24 tahun prevalensinya 1/245 orang wanita
i.        Yang menarik perhatian adalah penyakit SLE jarangditemukan di Afrika. Ada 2 kemungkinan penyebabanya yaitu :
Ø      aktor resiko lingkungan lebih banyak di AmerikaSerikat dan Eropa dibandingkan dengan Afrika.
Ø      Campuran dari gen keturunan Afrika dengan orangEropa menghasilkan gen-gen yang meningkatkankerentanan terhadap penyakit SLE ini.
j.        Terdapat juga tendensi familial. Faktor ekonomi dangeografi tidak mempengaruhi distribusi penyakit.

D.    Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1.      Discoid Lupus, yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2.      Systemics Lupus, penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3.      Drug-Induced, penyakit Lupus yang timbul setelah penggunaan obat tertentu. Gejala-gejalanya biasanya menghilang setelah pemakaian obat dihentikan.

Pengaruh kehamilan terhadap SLE   
Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada T.III eksaserbasi 50%, T.I & T.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%.
Pengaruh SLE terhadap kehamilan        
Prognosis b’dasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur, lupus neonatal.      

E.     Patofisiologi  

            Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

F.     Manifestasi Klinis
            Jumlah dan jenis antibodi pada lupus, lebih besar dibandingkan dengan pada penyakit lain, dan antibodi ini (bersama dengan faktor lainnyayang tidak diketahui) menentukan gejala mana yang akan berkembang. Karena itu, gejala dan beratnya penyakit, bervariasi pada setiap penderita. Perjalanan penyakit ini bervariasi, mulai dari penyakit yang ringan sampai penyakit yang berat.
            Gejala pada setiap penderita berlainan, serta ditandai oleh masa bebas gejala (remisi) dan masa kekambuhan (eksaserbasi). Pada awal penyakit, lupus hanya menyerang satu organ, tetapi di kemudian hari akan melibatkan organ lainnya.
1.      Sistem Muskuloskeletal
a.       Artralgia
b.      artritis (sinovitis)
c.       pembengkakan sendi,
d.      nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, dan rasa kaku pada pagi hari.
2.      Sistem Integument (Kulit)
a.       Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi
b.      Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3.      Sistem kardiak
a.       Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4.      Sistem pernafasan
a.       Pleuritis atau efusi pleura.
5.      Sistem vaskuler
a.       Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,
b.      eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6.      Sistem perkemihan
a.       Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7.      Sistem saraf
a.       Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

G.    Penatalaksanaan
                        Penatalaksanaan lupus tidak mudah. Penyakit ini memiliki banyak manifestasi dan setiap orang memiliki pola tersendiri yang berubah dari waktu ke waktu, yang terkadang berlangsung cepat. Secara umum, pasien dengan lupus berat, misalnya lupus ginjal atau sistem saraf pusat (SSP), dan mereka yang menderita lebih dari satu jenis penyakit autoantibodi cenderung memiliki gejala yang serius dan menetap. Pasien yang memiliki gejala ringan dapat terus mengalami gejala ringan atau berkembangmenjadi lebih serius. Sehingga penting untuk memperhatikan semua gejala baru yang timbul sebagai manifestasi dari penyakit tersebut karena penatalaksanaan lupus sangat berkaitan dengan gejala klinis dan organ tubuh yang terkena.
1.      Penilaian Aktivitas Penyakit
                        Penilaian klinis aktivitas penyakit sama pentingnya dengan hasil tes laboratorium. Kelelahan, demam atau perubahan emosi dapat menjadi indikasi aktifnya lupus, seperti juga munculnya ruam atau nyeri sendi. Pemantauan aktifitas penyakit sangat diperlukan untuk menentukan agresifitas penatalaksanaan lupus dan dosis obat yang dibutuhkan. Hal ini dapat dimonitor dari banyaknya organ tubuh pasien yang terkena dan tes laboratorium yang sesuai untuk memantau aktifitas penyakit misalnya pemeriksaan tes fungsi ginjal,atau fungsi paru, jumlah sel darah putih (leukosit), sel darah merah (hemoglobin) atau bahkan laju endap darah (LED).
                        Berbagai indeks penilaian derajat penyakit telah dikembangkan dan digunakan oleh para spesialis, namun aktivitas penyakit yang terus berubah dan kerusakan jaringan yang terjadi menyulitkan untuk membedakan pengaruh dari peradangan aktif atau akibat kerusakan yang terbentuk. Sehingga pada prakteknya, lupus dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat, sesuai dengan berat ringannya gejala yang muncul.
2.      Lupus Ringan
                        Manifestasi yang umum adalah nyeri sendi, ruam, sensitif terhadap cahaya matahari, sariawan di mulut, Raynaud’s syndrome (perubahan warna pada ujung jari akibat suhu dingin), rambut rontok, dan kelelahan. Seringkali gejala tersebut cukup dikontrol oleh analgesik dan mengurangi paparan sinar matahari dengan menggunakan tabir surya. Hidroksikloroquin umumnya digunakan dalam gejala ini.
                        Kelelahan merupakan gejala lain dari tingkatan ini yang terkadang menjadi alasan digunakannya steroid dosis rendah, walaupun hasilnya kadang tidak maksimal. Nyeri sendi atau ruam kulit dapat juga menggunakan dosis tersebut. Dosis steroid yang tinggi harus dihindari jika resiko efek samping yang timbul cenderung lebih besar dari manfaatnya. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam membuat keputusan pemberian steroid karena efek samping obat lebih umum terjadi pada orang dengan lupus dibandingkan populasi lainnya. Pola hidup sehat (makanan sehat dan olah raga ringan yang teratur) juga sangat dianjurkan.
3.      Lupus Sedang
                        Tingkatan ini meliputi pleuritis (radang selaput paru), perikarditis (radang selaput jantung), ruam berat dan manifestasi darah seperti trombositopenia atau leukopenia. Dalam kasus ini, terapi steroid biasanya sudah dibutuhkan, namun dengan penggunaan dosis yang cukup untuk mengendalikan penyakit dan kemudian menguranginya menjadi dosis pemeliharaan serendah mungkin. Agak sulit untuk menstandarisasi dosis, namun pada umumnya Pleuritis dapat dikontrol dengan 20mg prednisolon per hari, kelainan darah membutuhkan dosis 40mg atau lebih.
                Hidroksikloroquin sudah memadai sebagai tambahan steroid, tapi kadang obat imunosuppressan juga dibutuhkan seperti: Azathioprine, dan Methotrexate. Siklosporin juga dapat digunakan khususnya dalam pengobatan trombositopenia, tetapi karena kecendrungan menyebabkan hipertensi dan merusak fungsi ginjal harus digunakan secara hati-hati. Obat- obat immunosupresan ini membutuhkan waktu 1-3 bulan sampai efeknya muncul,sehingga dalam periode tersebut steroid masih dibutuhkan dalam dosis yang cukup untuk mengontrol penyakit. Jika pasien sudah dapat distabilkan dengan obat imunosupresan, dosis steroid harus segera diturunkan ke dosis terendah untuk pengendalian penyakit.
4.      Lupus Berat
                               Ginjal, SSP, dan manifestasi kulit berat atau kelainan darah berat termasuk ke dalam tingkatan ini. Steroid sangat dibutuhkan dalam tahap ini dengan tambahan obat immunosupresan. Prednisolon atau metilprednisolon intravena  mungkin dibutuhkan untuk mengendalikan penyakit ini. Azathioprin, methotrexate, atau mychophenolate dapat digunakan sebagai imunosupresif dan dapat mengurangi dosis steroid yang diperlukan. Pengobatan dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu: induksi awal dimana penyakit aktif dikendalikan, dan fase pemeliharaan agar penyakit tetap terkontrol.
                        Pengobatan tambahan yang digunakan untuk lupus berat meliputi immunoglobulin intravena, plasma exchange, dan antibodi monoclonal (agen biologi). mengalami penurunaan penggunaannya dibandingkan waktu yang lalu tapi banyak yang masih percaya bahwa pengobatan tersebut sangat membantu pada lupus akut, penyakit berat, dan sebagian lupus yang mengenai otak. Antibodi monoklonal, terutama rituximab sangat menjanjikan dan cenderung memainkan bagian penting dalam pengelolaan penyakit sedang dan berat.

H.    Aspek Etik

1.      Respect (Hak untuk dihormati)
Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien2
2.      Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya3
3.      Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)
Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain     dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
4.      Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)
kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cideraPrinsip :Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri ataupenderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaanorang lain
5.      Confidentiality (hak kerahasiaan)
menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang dipercayakanpasien kepada perawat
6.      Justice (keadilan)
Ø  kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang
Ø  Perkataan adil sendiri berarti tidakmemihak atau tidak berat sebelah
7.      Fidelity (loyalty/ketaatan)
Ø  Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil
Ø  Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satuprofesi), 80% kebutuhan pt dipenuhi perawat
Ø  Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
Ø  Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang disepakati
8.      Veracity (Truthfullness & honesty)
Ø  Kewajiban untuk mengatakan kebenaran
Ø  Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent
Ø  Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SLE

A.      Pengkajian
1.      Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2.      Kulit
Ruam eritematous, plak eritematous pada kulit kepala, muka atau leher.
3.      Kardiovaskuler
a.       Friction rub perikardium yang menyertai miokarditis dan efusi pleura.
b.      Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tanga.
4.      Sistem Muskuloskeletal
Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku       pada pagi hari.
5.      Sistem integumen
a.       Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
b.      Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
6.      Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.

7.      Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan   ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
8.      Sistem Renal
Edema dan hematuria.
9.      Sistem saraf
Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang, korea ataupun manifestasi SSP lainnya.

B.     Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
b.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit.
c.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C.    Intervensi (Rencana Tindakan)
1.         Diagnosa Keperawatan : Nyeri b/d inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tujuan :
a.       Gangguan nyeri dapat teratasi
b.      Perbaikan dalam tingkat kenyamanan
Kriteria Hasil :
a.       Skala Nyeri : 1-10
Rencana Tindakan (Intervensi; simbol I) dan Rasional (simbol R)
ü  Mandiri :
1.         I : Kaji Keluhan Nyeri : Pencetus, catat lokasi, karakteristik, dan intensitas (skala nyeri 1-10).
R : Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi, biasanya paling berat selama penggantian balutan dan debridemen.
2.         I : Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka.
R : suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf.
3.         I : Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat.
R : pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor. Sumber panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil.
4.      I : Lakukan penggantian balutan dan debridemen setelah pasien di beri obat dan/atau pada hidroterapi.
R : menurunkan terjadinya distress fisik dan emosi sehubungan dengan penggantian balutan dan debridemen.
5.      I : Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri.
R : Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.
6.      I : Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contoh relaksasi progresif, napas dalam, bimbingan imajinasi dan visualisasi.
R : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa control, yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.
7.      I : Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi.
R : membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang di alami dan memfokuskan kembali perhatian.


ü  Kolaborasi
I : Berikan analgesic sesuai indikasi.
R : membantu mengurangi nyeri.

2.      Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit b/d proses penyakit.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tujuan :
Pemeliharaan dan perawatan integritas kulit
Kriteria Hasil :
Kulit dapat terpelihara dan terawat dengan baik.
Rencana Tindakan dan Rasional
ü  Mandiri
1.      I : Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor,sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan.
R : Menentukan garis dasar di man perubahan pada status dapat di bandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2.      I : Pertahankan/instruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengeringkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan lotion atau krim.
R : mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi.


3.      I : Gunting kuku secara teratur.
R : kuku yang panjang dan kasar meningkatkan risiko kerusakan dermal.
4.      I : Tutupi luka tekan yang terbuka dengan pembalut yang steril atau barrier protektif, mis, duoderm, sesuai petunjuk.
R : Dapat mengurangi kontaminasi bakteri, meningkatkan proses penyembuhan.

ü  Kombinasi :
I : gunakan/berikan obat-obatan (NSAID dan kortikosteroid) sesuai        indikasi
R: Digunakan pada perawatan lesi kulit.
3.      Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan b/d kurangnya sumber informasi.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Tujuan :
Memberikan informasi tentang penyakit dan prosesnya kepada klien dan keluarga klien/orang terdekat (bila tidak ada keluarga).


Kriteria Hasil :
Klien dan keluarga klien/orang terdekat mendapatkan pengetahuan dari informasi yang diberikan
Rencana Tindakan dan Rasional
1.      I : Tinjau ulang proses penyakit dan apa yang menjadi harapan di masa depan.
R : Memberikan pengetahuan dasar di mana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
2.      I : Tinjau ulang cara penularan penyakit.
R: mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi, meningkatkan , mendukung keamanan bagi pasien/orang lain.
3.      I : Dorong aktivitas/latihan pada tingkat yang dapat di toleransi pasien.
R : merangsang pelepasan endorphin pada otak, meningkatkan rasa sejahtera.
4.      I : Tekankan perlunya melanjutkan perawatan kesehatan dan evaluasi
R : memberi kesempatan untuk mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan/individu.
5.      I : Identifikasi sumber-sumber komunitas, misalnya  rumah sakit sebelumnya/pusat perawatan tempat tinggal.
R : Memudahkan pemindahkan dari lingkungan perawatan akut; mendukung pemulihan dan kemandirian.



BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Lupus eritematosus merupakan penyakit autoimun kronis dimana terdapat kelainan sistem imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan sistem tubuh. Mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing (misalnya bakteri, virus) karena autoantibodi (antibodi yang menyerang jaringan tubuh sendiri) diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan kompleks imun (antibodi yang terikat pada antigen) di dalam jaringan.
Manifestasi dapat berbeda dari satu pasien dengan pasien lainnya tergantung dari target organ yang terkena. Gejala yang timbul dapat menyerupai penyakit lain seperti multiple sclerosis, arthritis reumathoid, atau bahkan demam berdarah, sehingga sering menyulitkan dalam penegakkan diagnosa.
Para tenaga medis sangat berhati-hati dalam mendiagnosa lupus eritematosus, pemeriksaan status sistem imun yang lengkap dan menyeluruh, termasuk mengetahui seluruh riwayat penyakit pasien mutlak diperlukan sebelum diagnosa lupus eritematosus ditegakkan.
Perkembangan penelitian penyebab dan pengobatan Lupus eritematosus di dunia cukup menjanjikan dalam 3 dekade terakhir, terlihat bahwa pendekatan pengobatan mulai berubah, diagnosa dini mulai dapat ditegakkan, manifestasi penyakit pada sebagian besar pasien mulai dapat dikontrol sehingga jumlah dan jenis obat-obatan yang dikonsumsi dapat dikurangi.


B.     SARAN

Dengan adanya makalah ini kami selaku penulis sangat berharap kepada seluruh mahasiswa agar mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit lupus eritematosus. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membawa pengaruh yang baik dan bermanfaat bagi kita semua.

Kami enulis menyadaribahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddarth. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2001
Robbins & cotran. Buku saku dasar patologis penyakit. Edisi 7. Jakarta:    EGC,2008
Isselbacher, dkk. Prinsip- prinsip ilmu penyakit. Edisi. 13. Jakarta: EGC, 2000
Marilyn E. Doenges. Rencana asuhan keperawatan. Edisi. 3. Jakarta: EGC, 1999


Komentar

Postingan populer dari blog ini

soal pramuka tali temali

Tugas Meresum Perjalanan Obat Dalam Tubuh Manusia versi Abdul Gofur

SOAL AKIDAH AKHLAK VERSI ABDUL GOFUR